Disini saya akan membahas tentang "SURGA" yang mana diceritakan dalam sebuah al-qur'an dan Hadist
"karunia dan kenikmatannya tak pernah ada di dunia, mata tak pernah melihat, telingah tak pernah melihat, dan hati tak pernah membayangkan rasa kehikmatan nya kelak di surga"
surga memiliki delapan pintu diantaranya, pintu shalat, pintu puasa - baburrayan, pintu sadaqah, pintu dhuhah - babudduha, & berjihat di jalan Allah.
didalam surga terdapat kamar yang seluruhnya terbuat dari macam - macam permata
Malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah : "Untuk siapa kamar - kamar ini ?,"
Rasulullah menjawab : "Untuk orang yang menyebarkan salam, untuk orang yang memberi makan dan untuk orang yang shalat malam ketika manusia sedang terlelap dalam tidur."
penghuni surga akan mendapatkan gelang perhiasan yang terbuat dari emas dan mutiara, yang mana semuanya akan bertasbih kepada Allah dan mendapat pakaian dari sutra.
Tiap-tiap kali mereka hendak keluar dari neraka itu, disebabkan mereka menderita azabnya, mereka dikembalikan padanya, serta dikatakan: "Rasalah kamu azab seksa yang membakar!"
Sesungguhnya Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal soleh ke dalam Syurga yang mengalir padanya beberapa sungai; mereka dihiaskan di situ dengan gelang-gelang emas dan mutiara, dan pakaian mereka di situ dari sutera.
di surga juga penghuninya akan mendapatkan makota, sedang permata yang rendah kualitasnya itu dapat menerangi dari arah timur ke barat
rombongan pertama yang masuk surga bagaikan bulan purnama
di surga kita tidak meludah, tidak membuang ingus, tidak buang air, tidak sakit, dan yang tak mengenakkan didunia tidak ada di surga, perabotan dan sisirnya terbuat dari emas dan perak, keringat nya dari misik - semakin bergerak semakinlah semerbak bauh si misik tersebut.
setiap orang mendapatkan 2 istri, yang sumsum betisnya terlihat dari balik dagingnya, karna kecantikan yang dimiliki oleh penghuni wanita surga yang mengenakkan 70 lapis baju.
tidak akan ada permusuhan dan kebencian hati, karna hati mereka telah bersatu, dan mereka selalu memuji kepada Allah di pagi dan soreh hari.
di surga juga disediakan tenda - tenda yang terbuat dari permata dan tingginya 60 mil menjulang kelangit, sedang tinggi manusia disana adalah 60 hasta, berata - rata usia 33 tahun, setiap sudut tenda tersebut terdapat seorang mukmin keluarganya yang menghuni, dan mukmin keluarga tersebut tidak dapat dilihat oleh penghuni surga yang lainnya (Riwayat. Bukhari Muslim), tenda tersebut memiliki 4000 daun pintu yang terbuat dari emas, di dalam nya terdapat kasur yang jarak antara kasur satu dan kasur satunya antara langit dan bumi, tebal dan empuk.
ketika menyaksikan Bidadari penghuni surga, terlihat bahwa pipinya tampak lebih jernih dibandingkan dengan cermin, lebih jernih dari pada mutiara, dan Bidadari itu menggunakan 70 lapis pakaian yang mana tembus pandang yang sehingga terlihatlah sumsum betisnya dari balik pakaian tersebut.
Allah berkata pada Surga : "Wahai surga berbicaralah,"
Surga menjawab : "Ya Allah, sunggu beruntung orang - orang yang beriman, yang mana Hasan Al-Basyri berkata : sungai di surga di aliri dengan air yang jernih, susu yang tak berubah rasanya, madu yang jernih yang tidak merubah sifatnya, dan khomer yang lezat yang tidak akan mematikan pikiran dan tidak membuat pusing kepalah."
penghuni surga akan tinggal disebuah perkampungan yang nyaman, yang mana terdapat sungai yang mengalir di atas batu kecil yang terbuat dari ya'kut dan zabarjad.
di surga juga terdapat pohon kurmadan anggur yang terbuat dari permata, besar buahnya hanya Allah yang tau.
bauh harum surga sudah tercium dalam jarak 500 tahun (bagi yang dapat mencium bauhnya surga)
kendaraan disurga adalah kuda dan untah yang dapat berjalan dengan cepat yang pelana dan talinya terbuat dari ya'kut.
dan kerudung yang digunakan oleh penghuni surga kelak itu lebih baik dari dunia dan seisinya
Ketika cahaya itu hadir, ku tau satu kebenaran syareat islam yaitu Akhlisunnah Wal Jama'ah (Sunni)
Percakapan Allah dan Rasulullah
Allah SAW bertanya : "Ya Muhammad, untuk siapakah engkau ?,"
Rasulullah SAW menjawab : "Untuk-Mu ya Allah,"
Allah SAW bertanya lagi : "Lalu aku untuk siapa ya Muhammad ?,"
Rasulullah SAW terdiam, lalu Allah SWT menjawab : "Aku adalah untuk hambah-Ku yang bershalawat serta bersalam kepada-Mu," (hadist qudsi)
Rasulullah SAW menjawab : "Untuk-Mu ya Allah,"
Allah SAW bertanya lagi : "Lalu aku untuk siapa ya Muhammad ?,"
Rasulullah SAW terdiam, lalu Allah SWT menjawab : "Aku adalah untuk hambah-Ku yang bershalawat serta bersalam kepada-Mu," (hadist qudsi)
Arti Innafatahna - Maulid Habsyie
sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata supaya Allah memberikan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnahkan ni'mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus dan supaya allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang - orang mu'min. jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katanlah : "Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Allah dan malaikat - malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi, hai orang - orang yang beriman, bershalawat kamu untuk Nabi dan ucaplah salam penghormatan kepadanya SAW....!"
Rasulullah Sebaik Manusia
kami memiliki bulan yang tak pernah tengelam
kami memiliki jika kami sebut namanya dalam do'a segera terkabul
kami memiliki Muhammad SAW kekasih Allah SWT sebaik - sebaiknya manusia
beliau bahtera penyelamat kami, wasilah dan penawar jiwa
kami memiliki jika kami sebut namanya dalam do'a segera terkabul
kami memiliki Muhammad SAW kekasih Allah SWT sebaik - sebaiknya manusia
beliau bahtera penyelamat kami, wasilah dan penawar jiwa
Ungkapan Sayyidina Ali R.A
Ilmu adalah sebaik - baik perbendaharaan
dan yang paling indah ia ringan dibawa
namun besar manfaat
ditengah - tengah orang banyak ia berharga
sedangkan dalam kesendirian ia menghibur
dan yang paling indah ia ringan dibawa
namun besar manfaat
ditengah - tengah orang banyak ia berharga
sedangkan dalam kesendirian ia menghibur
Hadist Tentang "Kemiskinan, Harta dan Kesepian"
Hadist Rasulullah SAW :
Tidak Ada kemiskinan melebihi kebodohan
Tidak ada harta melebihi akal
Dan tidak ada kesepian melebihi sifat ujub
tidak ada yang lebih baik dari pada berkumpulnya
ilmu dan akal seseorang
Tidak Ada kemiskinan melebihi kebodohan
Tidak ada harta melebihi akal
Dan tidak ada kesepian melebihi sifat ujub
tidak ada yang lebih baik dari pada berkumpulnya
ilmu dan akal seseorang
Maulid Adh-Dhiya Ullami (Cahaya Yang Terang Benderang)
Kitab Maulid Adh-Dhiyaul Lami’ merupakan Kitab yang disusun oleh Al-Musnid Al-Habib Umar bin Muhammad Al-Hafizh. Inilah Kitab Maulid mutakhir yang penyusunnya masih dapat kita jumpai untuk dimintai ijazahnya atau bisa juga kita minta ijazahnya melalui murid-murid beliau, seperti Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, Al-Habib Jindan bin Novel dan Al-Habib Ahmad bin Novel.
Disuatu malam Guru Mulia (Al Musnid Habib Umar bin Hafidh) memanggil salah seorang muridnya, lalu diperintahnya membawa pena dan kertas, seraya berkata : “Tulis..”, lalu beliau mengucapkan maulid dhiya’ullami itu mulai sepertiga malam, dan sebelum waktu subuh telah selesai.
maulid itu sangat mulia, karena angka angka nya pun menuliskan sejarah nabi saw, anda dapat meilhat bait bait shalawat pembukanya berjumlah 12 yg melambangkan kelahiran Nabi saw yg tanggal 12 rabiul awal.
lalu alinea pertamanya dipadu dari 3 surat, yaitu surat Alfath, surat Attaubah dan Surat Al Ahzab. 3 surat ini melambangkan kelahiran nabi saw adalah pada Bulan tiga, yaitu rabiul awal, dan bila anda menghitung baitnya mulai alinea pertama hingga Qiyam jumlahnya 63 yaitu melambangkan usia beliau 63 tahun, maulid itu angka angka nya pun memperhitungkan sejarah nabi saw, tahun Hijrah beliau saw, jumlah sahabat dll.
beliau memang ahli bahasa, syairnya bukan hanya Maulid Dhiya’ullami’, namun lebih dari seribu alinea syair telah diterbitkan dari ucapan beliau, kalau dijumlahkan mungkin sudah ratusan ribu bait.
beliau digelari pula Almusnid, yaitu setiap menyebut hadits beliau mampu / hafal menyebut sanadnya hingga Rasul saw atau kutubusshahih.
Download mp3 Maulid Adh-Dhiya UllamiDownload teks Maulid Adh-Dhiya Ullami
Perjalanan Habib bertemu Guru Mulia
SEGALA puji bagi ALLAH Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Ya ALLAH Ya Hayyu Ya Qayyum Ya Azhiimm Ya Robbal Alamin. Aku memuji-Nya dengan pujian tertinggi atas segala nikmat-Nya. La ila ha illallaH Muhammad Rasululullah SAW.
Telah diriwayatkan di dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah bahawa Sayyidina Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
“Barangsiapa yang menyeru kepada hidayah, maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya dan itu tidak akan mengurangkan pahala mereka sedikitpun.”
Suka ana kongsi satu artikel berkenaan dengan perjalanan hidup Al-Allamah wal Fahamah Sayyidi Syarif Al-Habib Munzir bin Fuad. Petikan tersebut ana ambil dari satu blog http://aco3-muhibin.blogspot.com/.
.........................................................................................................................................................................
Seraya Habib Munzir Berkata :
Kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
saya adalah seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yg lain, namun dimasa baligh, justru saya yg putus sekolah, semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya, karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin Hud Alalttas, dan Majelis taklim kamis sore di empang bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dg kajian Fathul Baari.
sisa hari hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat membuat ayah bunda malu.
ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al Allamah Assayyid Muhammad bin Alwi Al Malikiy, ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana di New york university.
almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yg sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.
maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak. Jawa barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak2nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.
namun saya sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak.
namun saya sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw, dan sering dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau saw, dan berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk bahu saya dan berkata : munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dg ku.., maka saya terbangun..
akhirnya karena ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5 kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya.
setiap malam saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam malam saya lewati,
siang hari saya puasa nabi daud as, dan terus dilanda sakit asma yg parah, maka itu semakin membuat ayah bunda kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah ucapan itu kebenaran?.
saya terus menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.
sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.
ayah makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar.
saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.
saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula.
sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.
saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,
maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york university, koq anaknya centeng losmen..
maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.
walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,
lalu dalam saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah..
lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke cipanas..
tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama beliau yaitu pd 1994.
selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,
Guru saya hb Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum..
keesokan harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,
guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..
dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama..
saya persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg menjaminmu..?,
saya pun datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg menjaminmu, berangkatlah..
saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis melihat keberangkatan saya..., beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata sedih..
saya sampai di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,
tak lama kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman selatan, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim
suatu hari saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...!.
maka saya tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..
saya mau mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih...!, orang lain saja yg mencuci baju ini..
maka saya terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya
hari demi hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.
2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..?
saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..
ayah menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat..
saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,., rahimahullah..
tak lama saya kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya'ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid,
lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..
mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja,
kini jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua, singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg menjadi dosen disana, dia datang keindonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg saya, karena ia pengunjung setia web ini, khususnya yg versi english..
sungguh agung anugerah Allah swt pada orang yg mencintai Rasulullah saw, yg merindukan Rasulullah saw...
itulah awal mula hamba pendosa ini sampai majelis ini demikian besar, usia saya kini 38 tahun jika dg perhitungan hijriah, dan 37 th jika dg perhitungan masehi, saya lahir pd Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 februari 1973 M.
perjanjian Jumpa dg Rasul saw adalah sblm usia saya tepat 40 tahun, kini sudah 1431 H,
mungkin sblm sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dg Rasul saw, namun apakah Allah swt akan menambah usia pendosa ini..?
Wallahu a'lam
Nabi s.a.w.bersabda, “Yang terbaik diantara kamu sekalian ialah yang terbaik perlakuaannya terhadap ahlulbaiytku, setelah aku kembali kehazirat Allah.” (Hadis Tetapi di antara Habib al Jufri yang berpengaruh di Sulawesi Tengah adalah kakek Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Dr Mei 2009 (17) Februari 2008 (1) Buku tersebut memuat kumpulan biografi para habib yang memiliki peranan penting dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia. Judulnya, 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia 2.Dakwah Yang Sempurna Dan Peringatan Yang Utama - Imam Habib Abdullah Alwi Al-Hadad dan 17 Habaib Berpengaruh Di Indonesia Biografi & peranan para Ulama Besar Kelantan itu, disenarai di tempat ke 42 dalam senarai '500 Muslim yang Berpengaruh Sheikh al Habib Umar bin Hafiz, Director 17 hours agoAnalisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ 17. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Tahun Isi Kandungan: Pengertian Alawiyin Mencintai Keluarga Nabi Imam Ahmad al-Muhajir Thriqah yang Damai Asal-Usul Walisongo Habib Husein bin Abubakar al-Aydrus, Luar Batang, Jakarta kembali merilis daftar 100 wanita paling berpengaruh di 17: Mary Schapiro Chair, Securities and Exchange 8 Penyiar Berita Indonesia Yang Mirip Tokoh Kartun17 Habib Yang Berpengaruh di Indonesia Tabligh Akbar Penuh Rahmat ALLAH SWT Pengalam Pribadi 1 SABAR MENUNGGU!!17. Seyyed Hasan Nasrallah izzaddin Waddaulah, Sultan and Yang Di Di antara yang turut tersenarai di dalam senarai 500 Muslim Paling Berpengaruh Tahun 2009 dari
Al-Imam Ali Khali’ Qasam
Al-Imam Ali Khali’ Qasam
[Al-Imam Ali Khali’ Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-’Uraidhi - Ja’far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]
Beliau adalah Al-Imam Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq, dan terus bersambung nasabnya hingga Rasulullah SAW.
Beliau terkenal dengan julukan Khali’ Qasam (pelepas/pemberi Qasam). Julukan tersebut diberikan kepada beliau dikarenakan beliau membeli suatu tanah dengan harga 20.000 Dinar. Tanah itu kemudian beliau namakan dengan Qasam, sesuai dengan nama tanah keluarganya di kota Bashrah. Di tanah itu beliau menanam pohon kurma. Disana beliau juga membangun suatu rumah yang ditempati pada saat panen kurma. Kemudian beberapa orang membangun rumah-rumah disamping rumah beliau. Sampai akhirnya tempat itu menjadi suatu desa dan dinamakan dengan desa Qasam.
Beliau dilahirkan di Bait Jubair (di Hadramaut), suatu daerah yang penuh berkah dan kebaikan. Beliau dibesarkan di daerah itu. Beliau mengambil ilmu dari ayahnya. Beliau sering mondar-mandir bepergian ke kota Tarim. Akhirnya beliau, diikuti oleh saudara-saudara dan anak pamannya, memutuskan untuk tinggal di kota Tarim.
Beliau adalah seorang imam agung, guru besar, dan terkenal dengan keluasan ilmunya. Terkumpul di dalam diri beliau keutamaan dan kebaikan, anwar dan asrar. Beliau dikaruniai oleh Allah dengan maqam yang sangat tinggi, sehingga tampak dalam diri beliau karomah-karomah yang luar biasa. Beliau adalah seorang alim yang tiada duanya di jamannya dan tempat rujukan bagi manusia di saat itu. Jarang sekali pada suatu jaman terdapat orang yang mempunyai maqam setinggi beliau.
Para ulama besar dan ahli sejarah banyak menyebutkan manaqib dan ketinggian maqam beliau di buku-buku mereka. Termasuk di antaranya adalah Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad menyebutnya dalam suatu syairnya,
Rasulullah membalas salamnya, “(Salam bagimu) Ya Syeikh”
sebagai jawaban atas salamnya (kepada Rasulullah),
maka dibuat kagumlah para orang-orang mulia.
Syair tersebut menggambarkan suatu karomah besar yang ada pada diri beliau, Al-Imam Ali Khali’ Qasam. Hal ini terjadi setelah beliau tinggal di kota Tarim. Beliau jika menjalankan shalat dan sampai pada waktu tahiyat dan membaca salam kepada Nabi SAW, “As-salaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyu wa rohmatullohi wa barakaatuh,” beliau mengulang-ulangi bacaan tersebut, sampai beliau mendengar langsung jawaban dari Rasulullah SAW, “As-salaamu ‘alaika ya Syeikh (salam sejahtera bagimu wahai Syeikh).” Demikianlah yang terjadi sebagaimana diceritakan oleh beberapa ulama seperti Al-Jundi, Asy-Syaraji, Ibnu Hisan, dan lain-lain. Al-Allamah Asy-Syeikh Al-Khatib juga menyebutkannya di dalam kitabnya Al-Jauhar Asy-Syafaaf.
Kekhususan ini, yakni dapat mendengar jawaban salam dari Rasulullah SAW, merupakan suatu maqam yang tinggi. Tidak bisa mendapatkan maqam setinggi itu, kecuali hanya segelintir auliya. Maqam itu tidak bisa didapatkan kecuali oleh orang yang sangat-sangat dekat dengan Allah. Asy-Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rawi berkata dalam hal ini, “Tidak akan sampai seseorang kepada maqam berinteraksi langsung dengan Rasulullah SAW dan mendengar jawaban salam dari beliau SAW, kecuali ia telah melampaui 247.999 maqam para Auliya.”
Asy-Syeikh Abu Al-Abbas Al-Mursi bertanya kepada teman-temannya, “Adakah diantara kalian yang ketika menyampaikan salam kepada Rasul SAW di dalam shalat, terus dapat mendengar jawaban salam dari beliau SAW?.” Mereka berkata, “Tidak ada.” Selanjutnya beliau berkata, “Menangislah kalian, karena kalbu-kalbu kalian tertutup dari Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau, Al-Imam Ali Khali’ Qasam, tidak hanya mendapat jawaban salam dari Rasul SAW di dalam shalatnya saja, tetapi di dalam semua kesempatan yang beliau memberikan salam kepada Rasul SAW. Beliau, meskipun mempunyai maqam yang demikian tinggi, adalah seorang yang sangat tawadhu. Beliau mempunyai akhlak yang mulia. Disamping itu, beliau adalah seorang yang pemurah.
Beliau meninggal berkisar pada tahun 523-529 H. Di dalam riwayat lain dikatakan beliau meninggal pada tahun 529 H1. Jasad beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal, Tarim.
Radhiyallohu anhu wa ardhah…
[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba’alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba’alawy]
[Al-Imam Ali Khali’ Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-’Uraidhi - Ja’far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]
Beliau adalah Al-Imam Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq, dan terus bersambung nasabnya hingga Rasulullah SAW.
Beliau terkenal dengan julukan Khali’ Qasam (pelepas/pemberi Qasam). Julukan tersebut diberikan kepada beliau dikarenakan beliau membeli suatu tanah dengan harga 20.000 Dinar. Tanah itu kemudian beliau namakan dengan Qasam, sesuai dengan nama tanah keluarganya di kota Bashrah. Di tanah itu beliau menanam pohon kurma. Disana beliau juga membangun suatu rumah yang ditempati pada saat panen kurma. Kemudian beberapa orang membangun rumah-rumah disamping rumah beliau. Sampai akhirnya tempat itu menjadi suatu desa dan dinamakan dengan desa Qasam.
Beliau dilahirkan di Bait Jubair (di Hadramaut), suatu daerah yang penuh berkah dan kebaikan. Beliau dibesarkan di daerah itu. Beliau mengambil ilmu dari ayahnya. Beliau sering mondar-mandir bepergian ke kota Tarim. Akhirnya beliau, diikuti oleh saudara-saudara dan anak pamannya, memutuskan untuk tinggal di kota Tarim.
Beliau adalah seorang imam agung, guru besar, dan terkenal dengan keluasan ilmunya. Terkumpul di dalam diri beliau keutamaan dan kebaikan, anwar dan asrar. Beliau dikaruniai oleh Allah dengan maqam yang sangat tinggi, sehingga tampak dalam diri beliau karomah-karomah yang luar biasa. Beliau adalah seorang alim yang tiada duanya di jamannya dan tempat rujukan bagi manusia di saat itu. Jarang sekali pada suatu jaman terdapat orang yang mempunyai maqam setinggi beliau.
Para ulama besar dan ahli sejarah banyak menyebutkan manaqib dan ketinggian maqam beliau di buku-buku mereka. Termasuk di antaranya adalah Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad menyebutnya dalam suatu syairnya,
Rasulullah membalas salamnya, “(Salam bagimu) Ya Syeikh”
sebagai jawaban atas salamnya (kepada Rasulullah),
maka dibuat kagumlah para orang-orang mulia.
Syair tersebut menggambarkan suatu karomah besar yang ada pada diri beliau, Al-Imam Ali Khali’ Qasam. Hal ini terjadi setelah beliau tinggal di kota Tarim. Beliau jika menjalankan shalat dan sampai pada waktu tahiyat dan membaca salam kepada Nabi SAW, “As-salaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyu wa rohmatullohi wa barakaatuh,” beliau mengulang-ulangi bacaan tersebut, sampai beliau mendengar langsung jawaban dari Rasulullah SAW, “As-salaamu ‘alaika ya Syeikh (salam sejahtera bagimu wahai Syeikh).” Demikianlah yang terjadi sebagaimana diceritakan oleh beberapa ulama seperti Al-Jundi, Asy-Syaraji, Ibnu Hisan, dan lain-lain. Al-Allamah Asy-Syeikh Al-Khatib juga menyebutkannya di dalam kitabnya Al-Jauhar Asy-Syafaaf.
Kekhususan ini, yakni dapat mendengar jawaban salam dari Rasulullah SAW, merupakan suatu maqam yang tinggi. Tidak bisa mendapatkan maqam setinggi itu, kecuali hanya segelintir auliya. Maqam itu tidak bisa didapatkan kecuali oleh orang yang sangat-sangat dekat dengan Allah. Asy-Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rawi berkata dalam hal ini, “Tidak akan sampai seseorang kepada maqam berinteraksi langsung dengan Rasulullah SAW dan mendengar jawaban salam dari beliau SAW, kecuali ia telah melampaui 247.999 maqam para Auliya.”
Asy-Syeikh Abu Al-Abbas Al-Mursi bertanya kepada teman-temannya, “Adakah diantara kalian yang ketika menyampaikan salam kepada Rasul SAW di dalam shalat, terus dapat mendengar jawaban salam dari beliau SAW?.” Mereka berkata, “Tidak ada.” Selanjutnya beliau berkata, “Menangislah kalian, karena kalbu-kalbu kalian tertutup dari Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau, Al-Imam Ali Khali’ Qasam, tidak hanya mendapat jawaban salam dari Rasul SAW di dalam shalatnya saja, tetapi di dalam semua kesempatan yang beliau memberikan salam kepada Rasul SAW. Beliau, meskipun mempunyai maqam yang demikian tinggi, adalah seorang yang sangat tawadhu. Beliau mempunyai akhlak yang mulia. Disamping itu, beliau adalah seorang yang pemurah.
Beliau meninggal berkisar pada tahun 523-529 H. Di dalam riwayat lain dikatakan beliau meninggal pada tahun 529 H1. Jasad beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal, Tarim.
Radhiyallohu anhu wa ardhah…
[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba’alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba’alawy]
petuah dari "Putera Riyadi"
Psikologi Ucapan
UCAPAN yang keluar dari nafs yang penuh gejolak dan hati yang buruk akan menggerakkan dan membangkitkan keburukan dari lawan bicaranya. Oleh karena itu, pada saat berbicara hendaknya manusia memperhatikan nafs-nya ataupun nafs orang lain agar tercapai kebaikan dan ketenangan.
Betapa indah ucapan sayidina Ali kwh ketika menjelaskan rahasia ucapan:Wadah (lahan) ucapan adalah hati, gudangnya adalah pikiran (fikr), penguatnya adalah akal, pengungkapnya adalah lisan, jasadnya adalah huruf, ruhnya adalah makna, hiasannya adalah i’rob dan aturannya adalah kebenaran. Pengaruh ucapan pada pendengar tergantung pada nafs pembicara.
Jika ucapan tersebut muncul dari jiwa yang kuat, maka akan memberikan kesan yang kuat. Dan jika muncul dari jiwa yang lemah, maka akan memberikan kesan yanglemah. Oleh karena itu sebelum berbicara manusia harus memperhatikan keadaan jiwanya agar kalimat yang ia ucapkan muncul dari jiwa yang tenang(sakînah), sehingga ia dapat berbicara kepada temannya dengan lemah lembut, dapat merebut dan menyenangkan hatinya, dan tidak membuatnya marah.
Allah SWT berfirman: "Serulah (manusia) kepada êalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS An-Nahl, 16:125)
"Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi temanyang sangat setia." (QS Fushshilat, 41:43)
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orangyang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS Fushshilat, 41:35)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki sifat-sifat mulia akan memperoleh karunia yang sangat besar dari Allah.
Pahamilah persoalan ini dan berusahalah untuk berperilaku dengan sifat-sifat mulia tersebut, yakni dengan akhlak kaum khowwâsh (khusus).Wahai saudaraku, perhatikanlah akhlak-akhlak yang mulia ini dan berlombalah untuk meraihnya. Pergaulilah manusia dengan sopan santun. Hindarilah gejolak nafs, karena bila nafs bergejolak, ia akan kembali padatabiatnya, yaitu cenderung untuk melakukan perbuatan buruk dan menampakkan aib.
Sedangkan jika nafs telah rela dan senang, maka ia akan merasa lapang dan siap untuk melakukan berbagai perbuatan baik.Jauhilah pertentangan dan pertengkaran dengan segenap tenagamu, baik secara lahir maupun batin. Jika kamu tidak mampu menghindarinya secarabatiniah, maka hindarilah secara lahiriah. Perlakukanlah temanmu dengan baik, sebab pertentangan merupakan sumber keburukan dan bencana, sebagaimana dikatakan: Pertentangan membangkitkan permusuhan dan permusuhan mendatangkan bencana.
Oleh karena itu wahai saudaraku, berusahalah untuk hidup rukun dan tenangkanlah nafs-mu, karena jika antara hati yang satu dan yang lain telahsaling bersesuaian, maka manusia akan mudah mengerjakan perbuatan-perbuatanbaik dan keberkahan pun akan turun. Ali kwh berkata: Biasakanlah dirimu untuk berniat dan bertujuan baik, niscaya kamu akan sukses.Betapa banyak niat lebih bermanfaat daripada amal. Pahamilah hal ini!Perbaikilah akhlakmu, niscaya kamu akan mendapat petunjuk dalam setiap urusanmu. Ilmu diperoleh dengan belajar sedangkan hilm (sabar, santun) diperoleh dengan latihan.Dikatakan dalam sebuah syair:
Sebelum jadi penyantun ia dipukul dengan tongkat dahulu Seseorang dididik tak lain agar berilmuManusia harus menjaga ucapannya, jangan sampai ia mengucapkan kata-kata buruk atau menceritakan pembicaraan yang buruk kepada seseorang, karena kelak ia akan terkena aibnya dan akan mendapat dosa paling banyak. Seorang penyair berkata:Tak akan berkata jorok, si orang mulia,
Tak akan pula menghapal ucapan tercela Ia curahkan semua tenaga,Dan bila bicara indah dan benar ucapannyaSeorang manusia hendaknya tidak berbicara ketika berada dalam keadaan emosional atau marah. Sebab, saat itu nafs-nya sedang bergolak dan berkobar sehingga ia mudah tergelincir dalam kesalahan. Oleh karena itu, hendaknya ia bersabar hingga nafs tenang.(Memahami Hawa Nafsu, ÃŽdhôhu Asrôri ‘Ulûmil Muqorrobîn, Putera Riyadi)
''kami atas nama admin group meminta maaf apabila ada kesalahan kata,karena tulisan ini sebatas kutipan dan demi menjaga ke otentikan dan menghormati penulis kami tdk berani meng edit atau merubah kata kata tsb,terima kasih''
UCAPAN yang keluar dari nafs yang penuh gejolak dan hati yang buruk akan menggerakkan dan membangkitkan keburukan dari lawan bicaranya. Oleh karena itu, pada saat berbicara hendaknya manusia memperhatikan nafs-nya ataupun nafs orang lain agar tercapai kebaikan dan ketenangan.
Betapa indah ucapan sayidina Ali kwh ketika menjelaskan rahasia ucapan:Wadah (lahan) ucapan adalah hati, gudangnya adalah pikiran (fikr), penguatnya adalah akal, pengungkapnya adalah lisan, jasadnya adalah huruf, ruhnya adalah makna, hiasannya adalah i’rob dan aturannya adalah kebenaran. Pengaruh ucapan pada pendengar tergantung pada nafs pembicara.
Jika ucapan tersebut muncul dari jiwa yang kuat, maka akan memberikan kesan yang kuat. Dan jika muncul dari jiwa yang lemah, maka akan memberikan kesan yanglemah. Oleh karena itu sebelum berbicara manusia harus memperhatikan keadaan jiwanya agar kalimat yang ia ucapkan muncul dari jiwa yang tenang(sakînah), sehingga ia dapat berbicara kepada temannya dengan lemah lembut, dapat merebut dan menyenangkan hatinya, dan tidak membuatnya marah.
Allah SWT berfirman: "Serulah (manusia) kepada êalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS An-Nahl, 16:125)
"Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi temanyang sangat setia." (QS Fushshilat, 41:43)
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orangyang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS Fushshilat, 41:35)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki sifat-sifat mulia akan memperoleh karunia yang sangat besar dari Allah.
Pahamilah persoalan ini dan berusahalah untuk berperilaku dengan sifat-sifat mulia tersebut, yakni dengan akhlak kaum khowwâsh (khusus).Wahai saudaraku, perhatikanlah akhlak-akhlak yang mulia ini dan berlombalah untuk meraihnya. Pergaulilah manusia dengan sopan santun. Hindarilah gejolak nafs, karena bila nafs bergejolak, ia akan kembali padatabiatnya, yaitu cenderung untuk melakukan perbuatan buruk dan menampakkan aib.
Sedangkan jika nafs telah rela dan senang, maka ia akan merasa lapang dan siap untuk melakukan berbagai perbuatan baik.Jauhilah pertentangan dan pertengkaran dengan segenap tenagamu, baik secara lahir maupun batin. Jika kamu tidak mampu menghindarinya secarabatiniah, maka hindarilah secara lahiriah. Perlakukanlah temanmu dengan baik, sebab pertentangan merupakan sumber keburukan dan bencana, sebagaimana dikatakan: Pertentangan membangkitkan permusuhan dan permusuhan mendatangkan bencana.
Oleh karena itu wahai saudaraku, berusahalah untuk hidup rukun dan tenangkanlah nafs-mu, karena jika antara hati yang satu dan yang lain telahsaling bersesuaian, maka manusia akan mudah mengerjakan perbuatan-perbuatanbaik dan keberkahan pun akan turun. Ali kwh berkata: Biasakanlah dirimu untuk berniat dan bertujuan baik, niscaya kamu akan sukses.Betapa banyak niat lebih bermanfaat daripada amal. Pahamilah hal ini!Perbaikilah akhlakmu, niscaya kamu akan mendapat petunjuk dalam setiap urusanmu. Ilmu diperoleh dengan belajar sedangkan hilm (sabar, santun) diperoleh dengan latihan.Dikatakan dalam sebuah syair:
Sebelum jadi penyantun ia dipukul dengan tongkat dahulu Seseorang dididik tak lain agar berilmuManusia harus menjaga ucapannya, jangan sampai ia mengucapkan kata-kata buruk atau menceritakan pembicaraan yang buruk kepada seseorang, karena kelak ia akan terkena aibnya dan akan mendapat dosa paling banyak. Seorang penyair berkata:Tak akan berkata jorok, si orang mulia,
Tak akan pula menghapal ucapan tercela Ia curahkan semua tenaga,Dan bila bicara indah dan benar ucapannyaSeorang manusia hendaknya tidak berbicara ketika berada dalam keadaan emosional atau marah. Sebab, saat itu nafs-nya sedang bergolak dan berkobar sehingga ia mudah tergelincir dalam kesalahan. Oleh karena itu, hendaknya ia bersabar hingga nafs tenang.(Memahami Hawa Nafsu, ÃŽdhôhu Asrôri ‘Ulûmil Muqorrobîn, Putera Riyadi)
''kami atas nama admin group meminta maaf apabila ada kesalahan kata,karena tulisan ini sebatas kutipan dan demi menjaga ke otentikan dan menghormati penulis kami tdk berani meng edit atau merubah kata kata tsb,terima kasih''
Kalam Syalaf "HABIB ALI"
HABIB ALI berkata kepada murid-muridnya, anak- anaknya dan para sahabatnya, “Tetapkanlah niat yang banyak. Kalau kalian tidak tahu atau tidak bisa, maka masukkanlah niat kalian ke dalam niat syeikhmu, katakanlah: Aku berniat seperti niat syeikhku Fulan. Aku berniat seperti niat keluarga dan para leluhurku. Aku berniat seperti niat kekasihku Ali Habsyi.
Habib Ali mengajarkan doa ini dengan dalil bahwa Nabi saw pernah mengajarkan doa berikut kepada Sayidah Aisyah: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu apa yang dipohon oleh Hamba dan Nabi-Mu Muhammad saw. Dan aku berlindung kepada-Mu dari semua yang Hamba dan Nabi-Mu saw memohon perlindungan-Mu darinya. (Fuyûdhôtul Bahril Maliy hal. 116)
(Sekilas tentang Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Putera Riyadi
Habib Ali mengajarkan doa ini dengan dalil bahwa Nabi saw pernah mengajarkan doa berikut kepada Sayidah Aisyah: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu apa yang dipohon oleh Hamba dan Nabi-Mu Muhammad saw. Dan aku berlindung kepada-Mu dari semua yang Hamba dan Nabi-Mu saw memohon perlindungan-Mu darinya. (Fuyûdhôtul Bahril Maliy hal. 116)
(Sekilas tentang Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Putera Riyadi
Wasiat Imam Ghazali
Imam Ghozali ra berkata''barang siapa yg mengakui empat perkara tanpa empat perkara maka dia adalah Pembohong.barang siapa yg cinta surga dan tidak melakukan ketaatan maka dia adalah pembohong,barang siapa yg mengaku cinta nabi saw dan tidak cinta keluarganya ,ulama dan fuqara' maka dia adalah pembohong,barang siapa yg takut pada api neraka dan tidak meninggalkan kemaksiatan maka dia adalah pembohong dan barang siapa yang mengaku cinta pada ALLAH tetapi mengeluh dengan cobaan maka dia adalah pembohong.'' DALILU AS-SAILIN.
Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad
Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad
[Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad - Ali - Muhammad Shohib Mirbath - Ali Khali’ Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-’Uraidhi - Ja’far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]
Beliau adalah Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW. Beliau dijuluki dengan Al-Faqih Al-Muqaddam (seorang faqih yang diunggulkan).
Beliau adalah al-’arif billah, seorang ulama besar, pemuka para imam dan guru, suri tauladan bagi al-’arifin, penunjuk jalan bagi as-salikin, seorang qutub yang agung, imam bagi Thariqah Alawiyyah, seorang yang mendapatkan kewalian rabbani dan karomah yang luar biasa, seorang yang mempunyai jiwa yang bersih dan perjalanan hidupnya terukir dengan indah.
Beliau adalah seorang yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT, sehingga beliau mampu menyingkap rahasia ayat-ayat-Nya. Ditambah lagi Allah memberikannya kemampuan untuk menguasai berbagai macam ilmu, baik yang dhohir ataupun yang bathin.
Beliau dilahirkan pada tahun 574 H. Beliau mengambil ilmu dari para ulama besar di jamannya. Di antaranya adalah Al-Imam Al-Allamah Al-Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim Marwan Al-Hadhrami At-Tarimi. Al-Imam Abul Hasan ini adalah seorang guru yang agung, pemuka para ulama besar di kota Tarim. Selain itu beliau (Al-Faqih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari Al-Faqih Asy-Syeikh Salim bin Fadhl dan Al-Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid (pengarang kitab Al-Ikmal Ala At-Tanbih).
Gurunya itu, yakni Al-Imam Abdullah bin Abdurrahman, tidak memulai pelajaran kecuali kalau Al-Faqih Al-Muqaddam sudah hadir. Selain itu beliau (Al-Fagih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari beberapa ulama besar lainnya, diantaranya Al-Qadhi Al-Faqih Ahmad bin Muhammad Ba’isa, Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abul Hubbi, Asy-Syeikh Sufyan Al-Yamani, As-Sayyid Al-Imam Al-Hafidz Ali bin Muhammad bin Jadid, As-Sayyid Al-Imam Salim bin Bashri, Asy-Syeikh Muhammad bin Ali Al-Khatib, Asy-Syeikh As-Sayyid Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath (paman beliau) dan masih banyak lagi.
Dalam mengambil sanad keilmuan dan thariqahnya, beliau mengambil dari dua jalur sekaligus. Jalur pertama adalah beliau mengambil dari orangtua dan pamannya, orangtua dan pamannya mengambil dari kakeknya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Adapun jalur yang kedua, beliau mengambil dari seorang ulama besar dan pemuka ahli sufi, yaitu Sayyidina Asy-Syeikh Abu Madyan Syu’aib, melalui dua orang murid Asy-Syeikh Abu Madyan, yaitu Abdurrahman Al-Maq’ad Al-Maghrobi dan Abdullah Ash-Sholeh Al-Maghrobi. Kemudian Asy-Syeikh Abu Madyan mengambil dari gurunya, gurunya mengambil dari gurunya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW.
Di masa-masa awal pertumbuhannya, beliau menjalaninya dengan penuh kesungguhan dan mencari segala hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Beliau berpegang teguh pada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah, serta mengikuti jejak-jejak para Sahabat Nabi dan para Salafus Sholeh. Beliau ber-mujahadah dengan keras dalam mendidik akhlaknya dan menghiasinya dengan adab-adab yang sesuai dengan syariah.
Beliau juga giat dalam menuntut ilmu, sehingga mengungguli ulama-ulama di jamannya dalam penguasaan berbagai macam ilmu. Para ulama di jamannya pun mengakui akan ketinggian dan penguasaannya dalam berbagai macam ilmu. Mereka juga mengakui kesempurnaan yang ada pada diri beliau untuk menyandang sebagai imam di jamannya.
Mujahadah beliau di masa-masa awal pertumbuhannya bagaikan mujahadahnya orang-orang yang sudah mencapai maqam al-’arif billah. Allah-lah yang mengaruniai kekuatan dan keyakinan di dalam diri beliau. Allah-lah juga yang mengaruniai beliau berbagai macam keistimewaan dan kekhususan yang tidak didapatkan oleh para qutub yang lainnya. Hati beliau tidak pernah kosong sedetikpun untuk selalu berhubungan dengan Allah. Sehingga tampak pada diri beliau asrar, waridad, mawahib dan mukasyafah.
Beliau adalah seorang yang tawadhu dan menyukai ketertutupan di setiap keadaannya. Beliau pernah berkirim surat kepada seorang pemuka para ahli sufi yang bernama Asy-Syeikh Sa’ad bin Ali Adz-Dzofari. Setelah Asy-Syeikh Sa’ad membaca surat itu dan merasakan kedalaman isi suratnya, ia terkagum-kagum dan merasakan asrar dan anwar yang ada di dalamnya. Kemudian ia membalas surat tersebut, dan di akhir suratnya ia berkata, “Engkau, wahai Faqih, orang yang diberikan karunia oleh Allah yang tidak dipunyai oleh siapapun. Engkau adalah orang yang paling mengerti dengan syariah dan haqiqah, baik yang dhohir maupun yang bathin.”
Berkata Al-Imam Asy-Syeikh Abdurrahman As-Saggaf tentang diri Al-Faqih Al-Muqaddam, “Aku tidak pernah melihat atau mendengar suatu kalam yang lebih kuat daripada kalamnya Al-Faqih Muhammad bin Ali, kecuali kalamnya para Nabi alaihimus salam. Kami tidak dapat mengunggulkan seorang wali pun terhadapnya (Al-Faqih Al-Muqaddam), kecuali dari golongan Sahabat Nabi, atau orang yang diberikan kelebihan melalui Hadits seperti Uwais (Al-Qarni) atau selainnya.”
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, pernah berkata, “Aku terhadap masyakaratku seperti awan.” Suatu hari dikisahkan bahwa beliau pernah tertinggal pada saat ziarah ke kubur Nabiyallah Hud alaihis salam. Beliau berkisah, “Pada suatu saat aku duduk di suatu tempat yang beratap tinggi. Tiba-tiba datanglah Nabiyallah Hud ke tempatku sambil membungkukkan badannya agar tak terkena atap. Lalu ia berkata kepadaku, ‘Wahai Syeikh, jika engkau tidak berziarah kepadaku, maka aku akan berziarah kepadamu.’”
Dikisahkan juga bahwa pada suatu saat ketika beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, datanglah Nabi Khidir alaihis salam menyerupai seorang badui dan diatas kepalanya terdapat kotoran. Bangunlah Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu mengambil kotoran tersebut dari kepalanya dan kemudian memakannya. Kejadian tersebut membuat para sahabatnya terheran-heran. Akhirnya mereka bertanya, “Siapakah orang itu?.” Maka Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab, “Dia adalah Nabi Khidir alaihis salam.”
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, banyak menghasilkan para ulama besar di jamannya. Beberapa ulama besar berhasil dalam didikan beliau. Yang paling terutama adalah dua orang muridnya, yaitu Asy-Syeikh Abdullah bin Muhammad ‘Ibad dan Asy-Syeikh Sa’id bin Umar Balhaf. Selain keduanya, banyak juga ulama-ulama besar yang berhasil digembleng oleh beliau, diantaranya Asy-Syekh Al-Kabir Abdullah Baqushair, Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad ‘Ibad, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib dan saudaranya Asy-Syeikh Ahmad, Asy-Syeikh Sa’ad bin Abdullah Akdar dan saudara-saudara sepupunya, dan masih banyak lagi.
Beliau wafat pada tahun 653 H, akhir dari bulan Dzulhijjah. Jazad beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal, di kota Tarim. Banyak masyarakat yang berduyun-duyun menghadiri prosesi pemakaman beliau. Beliau meninggalkan 5 orang putra, yaitu Alwi, Abdullah, Abdurrahman, Ahmad dan Ali.
Radhiyallohu anhu wa ardhah…
[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba’alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba’alawy]
[Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad - Ali - Muhammad Shohib Mirbath - Ali Khali’ Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-’Uraidhi - Ja’far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]
Beliau adalah Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW. Beliau dijuluki dengan Al-Faqih Al-Muqaddam (seorang faqih yang diunggulkan).
Beliau adalah al-’arif billah, seorang ulama besar, pemuka para imam dan guru, suri tauladan bagi al-’arifin, penunjuk jalan bagi as-salikin, seorang qutub yang agung, imam bagi Thariqah Alawiyyah, seorang yang mendapatkan kewalian rabbani dan karomah yang luar biasa, seorang yang mempunyai jiwa yang bersih dan perjalanan hidupnya terukir dengan indah.
Beliau adalah seorang yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT, sehingga beliau mampu menyingkap rahasia ayat-ayat-Nya. Ditambah lagi Allah memberikannya kemampuan untuk menguasai berbagai macam ilmu, baik yang dhohir ataupun yang bathin.
Beliau dilahirkan pada tahun 574 H. Beliau mengambil ilmu dari para ulama besar di jamannya. Di antaranya adalah Al-Imam Al-Allamah Al-Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim Marwan Al-Hadhrami At-Tarimi. Al-Imam Abul Hasan ini adalah seorang guru yang agung, pemuka para ulama besar di kota Tarim. Selain itu beliau (Al-Faqih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari Al-Faqih Asy-Syeikh Salim bin Fadhl dan Al-Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid (pengarang kitab Al-Ikmal Ala At-Tanbih).
Gurunya itu, yakni Al-Imam Abdullah bin Abdurrahman, tidak memulai pelajaran kecuali kalau Al-Faqih Al-Muqaddam sudah hadir. Selain itu beliau (Al-Fagih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari beberapa ulama besar lainnya, diantaranya Al-Qadhi Al-Faqih Ahmad bin Muhammad Ba’isa, Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abul Hubbi, Asy-Syeikh Sufyan Al-Yamani, As-Sayyid Al-Imam Al-Hafidz Ali bin Muhammad bin Jadid, As-Sayyid Al-Imam Salim bin Bashri, Asy-Syeikh Muhammad bin Ali Al-Khatib, Asy-Syeikh As-Sayyid Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath (paman beliau) dan masih banyak lagi.
Dalam mengambil sanad keilmuan dan thariqahnya, beliau mengambil dari dua jalur sekaligus. Jalur pertama adalah beliau mengambil dari orangtua dan pamannya, orangtua dan pamannya mengambil dari kakeknya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Adapun jalur yang kedua, beliau mengambil dari seorang ulama besar dan pemuka ahli sufi, yaitu Sayyidina Asy-Syeikh Abu Madyan Syu’aib, melalui dua orang murid Asy-Syeikh Abu Madyan, yaitu Abdurrahman Al-Maq’ad Al-Maghrobi dan Abdullah Ash-Sholeh Al-Maghrobi. Kemudian Asy-Syeikh Abu Madyan mengambil dari gurunya, gurunya mengambil dari gurunya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW.
Di masa-masa awal pertumbuhannya, beliau menjalaninya dengan penuh kesungguhan dan mencari segala hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Beliau berpegang teguh pada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah, serta mengikuti jejak-jejak para Sahabat Nabi dan para Salafus Sholeh. Beliau ber-mujahadah dengan keras dalam mendidik akhlaknya dan menghiasinya dengan adab-adab yang sesuai dengan syariah.
Beliau juga giat dalam menuntut ilmu, sehingga mengungguli ulama-ulama di jamannya dalam penguasaan berbagai macam ilmu. Para ulama di jamannya pun mengakui akan ketinggian dan penguasaannya dalam berbagai macam ilmu. Mereka juga mengakui kesempurnaan yang ada pada diri beliau untuk menyandang sebagai imam di jamannya.
Mujahadah beliau di masa-masa awal pertumbuhannya bagaikan mujahadahnya orang-orang yang sudah mencapai maqam al-’arif billah. Allah-lah yang mengaruniai kekuatan dan keyakinan di dalam diri beliau. Allah-lah juga yang mengaruniai beliau berbagai macam keistimewaan dan kekhususan yang tidak didapatkan oleh para qutub yang lainnya. Hati beliau tidak pernah kosong sedetikpun untuk selalu berhubungan dengan Allah. Sehingga tampak pada diri beliau asrar, waridad, mawahib dan mukasyafah.
Beliau adalah seorang yang tawadhu dan menyukai ketertutupan di setiap keadaannya. Beliau pernah berkirim surat kepada seorang pemuka para ahli sufi yang bernama Asy-Syeikh Sa’ad bin Ali Adz-Dzofari. Setelah Asy-Syeikh Sa’ad membaca surat itu dan merasakan kedalaman isi suratnya, ia terkagum-kagum dan merasakan asrar dan anwar yang ada di dalamnya. Kemudian ia membalas surat tersebut, dan di akhir suratnya ia berkata, “Engkau, wahai Faqih, orang yang diberikan karunia oleh Allah yang tidak dipunyai oleh siapapun. Engkau adalah orang yang paling mengerti dengan syariah dan haqiqah, baik yang dhohir maupun yang bathin.”
Berkata Al-Imam Asy-Syeikh Abdurrahman As-Saggaf tentang diri Al-Faqih Al-Muqaddam, “Aku tidak pernah melihat atau mendengar suatu kalam yang lebih kuat daripada kalamnya Al-Faqih Muhammad bin Ali, kecuali kalamnya para Nabi alaihimus salam. Kami tidak dapat mengunggulkan seorang wali pun terhadapnya (Al-Faqih Al-Muqaddam), kecuali dari golongan Sahabat Nabi, atau orang yang diberikan kelebihan melalui Hadits seperti Uwais (Al-Qarni) atau selainnya.”
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, pernah berkata, “Aku terhadap masyakaratku seperti awan.” Suatu hari dikisahkan bahwa beliau pernah tertinggal pada saat ziarah ke kubur Nabiyallah Hud alaihis salam. Beliau berkisah, “Pada suatu saat aku duduk di suatu tempat yang beratap tinggi. Tiba-tiba datanglah Nabiyallah Hud ke tempatku sambil membungkukkan badannya agar tak terkena atap. Lalu ia berkata kepadaku, ‘Wahai Syeikh, jika engkau tidak berziarah kepadaku, maka aku akan berziarah kepadamu.’”
Dikisahkan juga bahwa pada suatu saat ketika beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, datanglah Nabi Khidir alaihis salam menyerupai seorang badui dan diatas kepalanya terdapat kotoran. Bangunlah Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu mengambil kotoran tersebut dari kepalanya dan kemudian memakannya. Kejadian tersebut membuat para sahabatnya terheran-heran. Akhirnya mereka bertanya, “Siapakah orang itu?.” Maka Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab, “Dia adalah Nabi Khidir alaihis salam.”
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, banyak menghasilkan para ulama besar di jamannya. Beberapa ulama besar berhasil dalam didikan beliau. Yang paling terutama adalah dua orang muridnya, yaitu Asy-Syeikh Abdullah bin Muhammad ‘Ibad dan Asy-Syeikh Sa’id bin Umar Balhaf. Selain keduanya, banyak juga ulama-ulama besar yang berhasil digembleng oleh beliau, diantaranya Asy-Syekh Al-Kabir Abdullah Baqushair, Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad ‘Ibad, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib dan saudaranya Asy-Syeikh Ahmad, Asy-Syeikh Sa’ad bin Abdullah Akdar dan saudara-saudara sepupunya, dan masih banyak lagi.
Beliau wafat pada tahun 653 H, akhir dari bulan Dzulhijjah. Jazad beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal, di kota Tarim. Banyak masyarakat yang berduyun-duyun menghadiri prosesi pemakaman beliau. Beliau meninggalkan 5 orang putra, yaitu Alwi, Abdullah, Abdurrahman, Ahmad dan Ali.
Radhiyallohu anhu wa ardhah…
[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba’alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba’alawy]
Rathib Haddad
Ratib Haddad
Ratib Al-Haddad ini mengambil nama penyusunnya, iaitu Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang pembaharu Islam (mujaddid) yang terkenal. Daripada doa-doa dan zikir-zikir karangan beliau, Ratib Al-Haddad lah yang paling terkenal dan masyhur. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur) disusun berdasarkan inspirasi, pada malam Lailatul Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).
Ratib ini disusun bagi menunaikan permintaan salah seorang murid beliau, ‘Amir dari keluarga Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut. Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut ialah bagi mengadakan suatu wirid dan zikir untuk amalan penduduk kampungnya agar mereka dapat mempertahan dan menyelamatkan diri daripada ajaran sesat yang sedang melanda Hadhramaut ketika itu.
Pertama kalinya Ratib ini dibaca ialah di kampung ‘Amir sendiri, iaitu di kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam Abdullah Al-Haddad sendiri. Selepas itu Ratib ini dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim dalam tahun 1072 Hijriah bersamaan tahun 1661 Masehi. Pada kebiasaannya ratib ini dibaca berjamaah bersama doa dan nafalnya, setelah solat Isya’. Pada bulan Ramadhan ia dibaca sebelum solat Isya’ bagi mengelakkan kesempitan waktu untuk menunaikan solat Tarawih. Mengikut Imam Al-Haddad di kawasan-kawasan di mana Ratib al-Haddad ini diamalkan, dengan izin Allah kawasan-kawasan tersebut selamat dipertahankan daripada pengaruh sesat tersebut.
Apabila Imam Al-Haddad berangkat menunaikan ibadah Haji, Ratib Al-Haddad pun mula dibaca di Makkah dan Madinah. Sehingga hari ini Ratib berkenaan dibaca setiap malam di Bab al-Safa di Makkah dan Bab al-Rahmah di Madinah. Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi pernah menyatakan bahawa sesiapa yang membaca Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan iman dengan terus membaca “ La ilaha illallah” hingga seratus kali (walaupun pada kebiasaannya dibaca lima puluh kali), ia mungkin dikurniakan dengan pengalaman yang di luar dugaannya.
Beberapa perbedaan boleh didapati di dalam beberapa cetakan ratib Haddad ini terutama selepas Fatihah yang terakhir. Beberapa doa ditambah oleh pembacanya. Al Marhum Al-Habib Ahmad Masyhur bin Taha Al-Haddad memberi ijazah untuk membaca Ratib ini dan menyarankannya dibaca pada masa–masa yang lain daripada yang tersebut di atas juga di masa keperluan dan kesulitan. Mudah-mudahan sesiapa yang membaca ratib ini diselamatkan Allah daripada bahaya dan kesusahan. Ameen.
Ketahuilah bahawa setiap ayat, doa, dan nama Allah yang disebutkan di dalam ratib ini telah dipetik daripada Al-Quran dan hadith Rasulullah S.A.W. Terjemahan yang dibuat di dalam ratib ini, adalah secara ringkas. Bilangan bacaan setiap doa dibuat sebanyak tiga kali, kerana ia adalah bilangan ganjil (witir). Ini ialah berdasarkan saranan Imam Al-Haddad sendiri. Beliau menyusun zikir-zikir yang pendek yang dibaca berulang kali, dan dengan itu memudahkan pembacanya. Zikir yang pendek ini, jika dibuat selalu secara istiqamah, adalah lebih baik daripada zikir panjang yang dibuat secara berkala. Ratib ini berbeda daripada ratib-ratib yang lain susunan Imam Al-Haddad kerana ratib Al-Haddad ini disusun untuk dibaca lazimnya oleh kumpulan atau jamaah. Semoga usaha kami ini diberkahi Allah.
Ratib Al-Haddad ini mengambil nama penyusunnya, iaitu Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang pembaharu Islam (mujaddid) yang terkenal. Daripada doa-doa dan zikir-zikir karangan beliau, Ratib Al-Haddad lah yang paling terkenal dan masyhur. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur) disusun berdasarkan inspirasi, pada malam Lailatul Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).
Ratib ini disusun bagi menunaikan permintaan salah seorang murid beliau, ‘Amir dari keluarga Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut. Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut ialah bagi mengadakan suatu wirid dan zikir untuk amalan penduduk kampungnya agar mereka dapat mempertahan dan menyelamatkan diri daripada ajaran sesat yang sedang melanda Hadhramaut ketika itu.
Pertama kalinya Ratib ini dibaca ialah di kampung ‘Amir sendiri, iaitu di kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam Abdullah Al-Haddad sendiri. Selepas itu Ratib ini dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim dalam tahun 1072 Hijriah bersamaan tahun 1661 Masehi. Pada kebiasaannya ratib ini dibaca berjamaah bersama doa dan nafalnya, setelah solat Isya’. Pada bulan Ramadhan ia dibaca sebelum solat Isya’ bagi mengelakkan kesempitan waktu untuk menunaikan solat Tarawih. Mengikut Imam Al-Haddad di kawasan-kawasan di mana Ratib al-Haddad ini diamalkan, dengan izin Allah kawasan-kawasan tersebut selamat dipertahankan daripada pengaruh sesat tersebut.
Apabila Imam Al-Haddad berangkat menunaikan ibadah Haji, Ratib Al-Haddad pun mula dibaca di Makkah dan Madinah. Sehingga hari ini Ratib berkenaan dibaca setiap malam di Bab al-Safa di Makkah dan Bab al-Rahmah di Madinah. Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi pernah menyatakan bahawa sesiapa yang membaca Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan iman dengan terus membaca “ La ilaha illallah” hingga seratus kali (walaupun pada kebiasaannya dibaca lima puluh kali), ia mungkin dikurniakan dengan pengalaman yang di luar dugaannya.
Beberapa perbedaan boleh didapati di dalam beberapa cetakan ratib Haddad ini terutama selepas Fatihah yang terakhir. Beberapa doa ditambah oleh pembacanya. Al Marhum Al-Habib Ahmad Masyhur bin Taha Al-Haddad memberi ijazah untuk membaca Ratib ini dan menyarankannya dibaca pada masa–masa yang lain daripada yang tersebut di atas juga di masa keperluan dan kesulitan. Mudah-mudahan sesiapa yang membaca ratib ini diselamatkan Allah daripada bahaya dan kesusahan. Ameen.
Ketahuilah bahawa setiap ayat, doa, dan nama Allah yang disebutkan di dalam ratib ini telah dipetik daripada Al-Quran dan hadith Rasulullah S.A.W. Terjemahan yang dibuat di dalam ratib ini, adalah secara ringkas. Bilangan bacaan setiap doa dibuat sebanyak tiga kali, kerana ia adalah bilangan ganjil (witir). Ini ialah berdasarkan saranan Imam Al-Haddad sendiri. Beliau menyusun zikir-zikir yang pendek yang dibaca berulang kali, dan dengan itu memudahkan pembacanya. Zikir yang pendek ini, jika dibuat selalu secara istiqamah, adalah lebih baik daripada zikir panjang yang dibuat secara berkala. Ratib ini berbeda daripada ratib-ratib yang lain susunan Imam Al-Haddad kerana ratib Al-Haddad ini disusun untuk dibaca lazimnya oleh kumpulan atau jamaah. Semoga usaha kami ini diberkahi Allah.
Ust. Hasan Baharun 5
N. Sifat-Sifat Dan Kisah-Kisah Keteladanan Abuya Ust. Hasan Baharun
Beberapa sifat yang menonjol Ust. Hasan yang sudah sangat makruf di kalangan santri, dan guru-guru, kalangan habaib dan masyarakat yang sering berkomunikasi dengan beliau sebagai seorang figur ulama sebagai pewaris nabi betul-betul beliau mewarisi sifat-sifat sikap dan perjuangan Datuknya Al-Musthofa Nabi Muhammad SAW. Dan Agar kita lebih jelas akan dipaparkan sifat-sifat tersebut serta contoh-contoh sebagian peristiwa serta kehidupan beliau sehingga kita dapat meniru sifat dan sikap keteladanan beliau yang juga senantiasa ditanamkan bagi santri-santrinya adalah sebagai berikut ;
• Sabar
Adapun salah satu sifat yang menonjol pada diri beliau adalah sifat sabar. Kesabaran Ust Hasan sangat dikenal oleh semua kalangan baik santri, dewan guru, pejabat dan orang-orang yang mengenal beliau, Sifat kesabarannya sangat luar biasa sebagaimana kesaksian dan cerita yang dilukiskan oleh Ayahandanya sendiri Al-Habib Ahmad bin Husein Baharun: “Hasan itu sangat sabar, kalau saya marahi walaupun dia tidak salah tidak pernah menjawab dan apabila difitnah dan diganggu orang tidak pernah membalas dan hanya kepada saya dia menceritakan agar didoakan sehingga diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan fitnahan tersebut.“ Begitu menurut penuturan Hb.
Ahmad Baharun pada waktu Ust. Hasan menghadap ilahi. Kesabaran beliau sulit dilukiskan baik dalam membina dan membimbing santri serta menghadapi kenakalan santri dan orang-orang yang mengganggu pondok. Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Suatu kisah pada waktu zaman reformasi ada orang datang memberi tahu kepada beliau bahwa dia akan membawa orang sebanyak 2-3 truk untuk menghancurkan dan membumi hanguskan rumah orang yang mengganggu pondok namun beliau malah mencegahnya karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah SAW. Adapun cerita-cerita tentang kesabaran Ust Hasan banyak sekali sehingga tidak mungkin untuk diungkapkan disini.
• Istiqomah
Sifat Istiqomah Ust Hasan Baharun sudah tidak diragukan salah satu tanda dari sifat tersebut tercermin pada aktifitas beliau sehari-hari karena beliau bangun setiap pukul 02.00 malam kemudian Qiyamullail dan membangunkan santri dan Asatidzah pada pukul tiga malam bahkan untuk menjaga keistiqomahan tersebut mewajibkan santri yang menjaga malam di pintu gerbang untuk membangunkan tepat pukul dua malam dan di pos jaga tesebut tertulis diantara tugas/kewajiban penjaga malam wajib membangunkan Ust. Hasan tepat pada pukul 02. 00 ( tidak boleh lebih atau kurang ).
Suatu ketika beliau datang dari Makkah / Timur Tengah namun masih mampir di Jakarta karena masih ada urusan yang harus diselesaikan dan bermalam di salah satu rumah wali santri di Bekasi (di rumah Haji Yusuf) dan tampak tanda-tanda bahwa beliau dalam keadaan sangat lelah, maka untuk menjaga agar beliau tidak terlambat bangun beliau berpesan kepada H. Yusuf untuk membangunkannya pada pukul 02.00 dan juga menelpon ke santri yang menjaga maktab agar mengingatkan Haji Yusuf supaya membangunkan tepat pukul 02.00 malam dan tidak cukup itu saja beliau masih memberi tahu ke pos jaga agar juga mengingatkan H. Yusuf sebelum jam 02.00 untuk membangunkan Ust. Hasan. Begitulah salah satu contoh kesungguhan beliau dalam menjaga keistiqomahan tersebut.
• Tawakkal
Abuya Ust. Hasan mempunyai jiwa tawakkal yang luar biasa sebagai suatu gambaran dari sifat ketawakkalan beliau adalah bahwa ketika beliau mempunyai rencana untuk membangun gedung asrama santri berlantai tiga pada waktu awal-awal terjadinya krisis moneter dengan dana awal sekitar lima juta rupiah dan ketika sahabat beliau datang ke maktab mengungkapkan rencana tersebut barangkali bisa membantu, namun orang tersebut justru bertanya dengan nada terheran-heran: “Ya Ustadz, bagaimana dengan dana yang sedikit itu antum akan membangun bangunan sebesar itu? Apalagi sekarang Indonesia dalam krisis moneter!” Kemudian apa kata beliau, “Ya Ustadz, yang krisis itu kan Indonesia, negara lain khan tidak! Apalagi Allah, apakah Allah kenal krisis moneter?” Sebuah umpan balik dan argumen yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan kata-katanya, “Kalau kita punya rencana maka kita jangan sekali-kali mengukur dengan kemampuan kita, apabila kitamengukur dengan kemampuan kita maka hasilnyapun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan kita, tetapi apabila kita mengukur dengan kemampuan Allah maka kemampunnya tiada terbatas dan yakinlah bahwa selama kita berniat memperjuangkan Agama Allah bahwa Allah itu akan menolong kita,” Inilah diplomasi yang menggambarkan betapa tingginya tingkat ketawakkalan beliau.
Bahkan apabila mau membangun beliau justru menghabiskan segala uang yang tersisa dan membagikan kepada fakir miskin sebagi pancingan datangnya rahmat dan pemberian Allah dan beliau mengibaratkan orang mancing maka apabila pancing dan umpannya besar maka akan memperoleh ikan yang besar pula. Hal ini sering diungkapkan pula ketika ada panitia pembangunan masjid dan Lembaga Pendidikan Islam bahwa apabila berniat ingin membangun maka disarankan tidak perlu khawatir pembangunan tersebut tidak selesai dan menyuruhnya membongkar/ memulai pembangunan tersebut tanpa menunggu terkumpulnya dana untuk pembangunan karena menurut beliau bahwa pembangunan masjid dan LPI tersebut merupakan proyek Allah SWT. dan Insya-Allah pasti selesai tinggal menata niat panitia serta berusaha semaksimal mungkin sebagai sunnatullah dan harus disertai dengan banyak berdo’a.” Begitulah saran-saran beliau kepada para takmir dan panitia yang datang minta saran dan sumbangan kepada beliau.
• Dermawan dan Sangat Perhatian terhadap Fakir Miskin dan Anak Yatim
Kedermawanan yang ada pada beliau tumbuh dan berkembang sejak beliau karena hal tersebut sudah ditanamkam oleh aba dan kakeknya sebagaimana kisah-kisah sebelumya sehingga beliau tumbuh dan berkembang mempunyai jiwa sosial terutama memiliki kepedulian kepada para ffakir-miskin dan anak yatim. Bentuk kepedulian terhadap mereka diantaranya adalah bahwa kebiasaan belia membagikan hadiah pakaian hari raya, beras dan kebutuhan sehari-hari, membagikan daging kurban kepada para tetangga pondok, famili beliau yang tidak mampu, serta kepada orang-orang yang datang minta bantuan, mulai pengobatan sampai pada biaya sekolah anak-anak mereka kepada orang yang tak mampu.
• Ikhlas
Sebagaimana sering diungkapkan oleh beliau dalam menasehati para santri dan para guru agar senantiasa menata niat dalam setiap tindakan dan amal yang akan dilakukan. Hal ini merupakan cerminan dari kepribadian beliau yang senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai pondasi dari setiap amaliah yang beliau laksanakan, termasuk pendirian pondok. Sebagai sebuah bukti dari keikhlasan beliau ketika ada guru-guru yang mengusulkan agar membuat papan nama pondok di tepi jalan beliau tidak langsung mengabulkan permintaan tersebut. Namun karena beberapa kali guru-guru tetap mengusulkan dengan alasan banyak wali santri yang tidak tahu lokasi pondok dan sering kesasar dan bingung mencari alamat pondok, baru tersebut dikabulkan tiga tahun sebelum beliau wafat. Demikian pula beliau dalam rekrutmen/seleksi guru-guru, maka yang pertama kali dilihat adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau mengajar di pondok, diuji tingkat keikhlasannya, bahkan beliau tidak memperhatikan selama satu tahun. Karena beliau berpendapat bahwa apabila gurunya tidak ikhlas akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula.
• Tawadlu’
Walaupun beliau sebagai ulama besar yang dihormati dan disegani, baik di dalam maupun di luar negeri, dan kebesaran beliau diakui oleh Sayyid Muhammad sehingga pada saat beliau datang ke Mekkah di majlis ta’lim Sayyid Muhammad diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan / taujihat pada jamaah haji dan para ulama sedunia yang berkumpul di majlis tersebut, dan juga dalam acara haul Nabiyullah Nuh AS di Yaman beliau senantiasa mengelak ketika diminta untuk memberikan sambutan, tetapi pada kunjungan yang terakhir beliau mau memberikan sambutan namun tetap dengan sikap tawadlu’ beliau mengatakan bahwa tidak bermaksud memberikan nasehat kepada yang hadir yang kebanyakan terdiri dari para ulama dan auliya’, tetapi nasehat tersebut ditujukan untuk santri-santri beliau yang belajar di sana. Beliau senantiasa menunjukkan sikap tawadlu’ dalam kehidupan sehari-hari dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang besar. Siapapun tamu yang datang dilayani dengan ramah bahkan apabila menyajikan makanan beliau sering mengangkat sendiri sajian makanan dari dapur dan menyuguhkannya kepada para tamu. Diantara doa yang menunjukkan sikap dan sifat tawadlu’nya tersebut dengan senantiasa memanjatkan do’a agar beliau dan putra-putra serta murid-muridnya dijadikan orang-orang yang memiliki kebesaran tetapi tersembunyi (minal masturiin).
• Kesederhanaan Pribadi Ust. Hasan
Apabila orang bertemu dengan Ust. Hasan Baharun dan orang tersebut sebelumnya belum mengenal beliau maka orang tersebut tidak akan menyangka bahwa ust Hasan adalah Ulama besar yang sangat dihormati dan disegani karena beliau memang mempunyai penampilan yang sangat sederhana, pakaian yang dipakai sehari-hari di dalam pondok dan ketika keluar pondok biasa-bisa saja yaitu memakai gamis dan kopyah putih tanpa imamah dan rihda kecuali apabila beliau akan menyampaikan ceramah atau menghadiri majlispertemuan yang harus menampilkan sebagai sosok untuk menjaga kehormatan dan kebesaran serta kewibawaan Ulama. Maka beliau akan berpakain lengkap dengan jubah kebesarannnya. Selain kesederhanaan dalam berpakaian beliau juga memiliki kesederhanaan dalam pola kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tertarik dan menaruh simpati kepada beliau ketika membandingkan fasilitas pondok yang serba lengkap dan baik dengan rumah beliau yang atapnya rusak dan sering bocor karena tidak sempat untuk diperbaiki serta perabot rumah tangga yang semuanya serba biasa-biasa saja, hal ini sudsah menjadi pilihan beliau yang lebih terkonsentrasi memikirkan bagaimana memenuhi fasilitas santri.
Beberapa sifat yang menonjol Ust. Hasan yang sudah sangat makruf di kalangan santri, dan guru-guru, kalangan habaib dan masyarakat yang sering berkomunikasi dengan beliau sebagai seorang figur ulama sebagai pewaris nabi betul-betul beliau mewarisi sifat-sifat sikap dan perjuangan Datuknya Al-Musthofa Nabi Muhammad SAW. Dan Agar kita lebih jelas akan dipaparkan sifat-sifat tersebut serta contoh-contoh sebagian peristiwa serta kehidupan beliau sehingga kita dapat meniru sifat dan sikap keteladanan beliau yang juga senantiasa ditanamkan bagi santri-santrinya adalah sebagai berikut ;
• Sabar
Adapun salah satu sifat yang menonjol pada diri beliau adalah sifat sabar. Kesabaran Ust Hasan sangat dikenal oleh semua kalangan baik santri, dewan guru, pejabat dan orang-orang yang mengenal beliau, Sifat kesabarannya sangat luar biasa sebagaimana kesaksian dan cerita yang dilukiskan oleh Ayahandanya sendiri Al-Habib Ahmad bin Husein Baharun: “Hasan itu sangat sabar, kalau saya marahi walaupun dia tidak salah tidak pernah menjawab dan apabila difitnah dan diganggu orang tidak pernah membalas dan hanya kepada saya dia menceritakan agar didoakan sehingga diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan fitnahan tersebut.“ Begitu menurut penuturan Hb.
Ahmad Baharun pada waktu Ust. Hasan menghadap ilahi. Kesabaran beliau sulit dilukiskan baik dalam membina dan membimbing santri serta menghadapi kenakalan santri dan orang-orang yang mengganggu pondok. Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Suatu kisah pada waktu zaman reformasi ada orang datang memberi tahu kepada beliau bahwa dia akan membawa orang sebanyak 2-3 truk untuk menghancurkan dan membumi hanguskan rumah orang yang mengganggu pondok namun beliau malah mencegahnya karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah SAW. Adapun cerita-cerita tentang kesabaran Ust Hasan banyak sekali sehingga tidak mungkin untuk diungkapkan disini.
• Istiqomah
Sifat Istiqomah Ust Hasan Baharun sudah tidak diragukan salah satu tanda dari sifat tersebut tercermin pada aktifitas beliau sehari-hari karena beliau bangun setiap pukul 02.00 malam kemudian Qiyamullail dan membangunkan santri dan Asatidzah pada pukul tiga malam bahkan untuk menjaga keistiqomahan tersebut mewajibkan santri yang menjaga malam di pintu gerbang untuk membangunkan tepat pukul dua malam dan di pos jaga tesebut tertulis diantara tugas/kewajiban penjaga malam wajib membangunkan Ust. Hasan tepat pada pukul 02. 00 ( tidak boleh lebih atau kurang ).
Suatu ketika beliau datang dari Makkah / Timur Tengah namun masih mampir di Jakarta karena masih ada urusan yang harus diselesaikan dan bermalam di salah satu rumah wali santri di Bekasi (di rumah Haji Yusuf) dan tampak tanda-tanda bahwa beliau dalam keadaan sangat lelah, maka untuk menjaga agar beliau tidak terlambat bangun beliau berpesan kepada H. Yusuf untuk membangunkannya pada pukul 02.00 dan juga menelpon ke santri yang menjaga maktab agar mengingatkan Haji Yusuf supaya membangunkan tepat pukul 02.00 malam dan tidak cukup itu saja beliau masih memberi tahu ke pos jaga agar juga mengingatkan H. Yusuf sebelum jam 02.00 untuk membangunkan Ust. Hasan. Begitulah salah satu contoh kesungguhan beliau dalam menjaga keistiqomahan tersebut.
• Tawakkal
Abuya Ust. Hasan mempunyai jiwa tawakkal yang luar biasa sebagai suatu gambaran dari sifat ketawakkalan beliau adalah bahwa ketika beliau mempunyai rencana untuk membangun gedung asrama santri berlantai tiga pada waktu awal-awal terjadinya krisis moneter dengan dana awal sekitar lima juta rupiah dan ketika sahabat beliau datang ke maktab mengungkapkan rencana tersebut barangkali bisa membantu, namun orang tersebut justru bertanya dengan nada terheran-heran: “Ya Ustadz, bagaimana dengan dana yang sedikit itu antum akan membangun bangunan sebesar itu? Apalagi sekarang Indonesia dalam krisis moneter!” Kemudian apa kata beliau, “Ya Ustadz, yang krisis itu kan Indonesia, negara lain khan tidak! Apalagi Allah, apakah Allah kenal krisis moneter?” Sebuah umpan balik dan argumen yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan kata-katanya, “Kalau kita punya rencana maka kita jangan sekali-kali mengukur dengan kemampuan kita, apabila kitamengukur dengan kemampuan kita maka hasilnyapun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan kita, tetapi apabila kita mengukur dengan kemampuan Allah maka kemampunnya tiada terbatas dan yakinlah bahwa selama kita berniat memperjuangkan Agama Allah bahwa Allah itu akan menolong kita,” Inilah diplomasi yang menggambarkan betapa tingginya tingkat ketawakkalan beliau.
Bahkan apabila mau membangun beliau justru menghabiskan segala uang yang tersisa dan membagikan kepada fakir miskin sebagi pancingan datangnya rahmat dan pemberian Allah dan beliau mengibaratkan orang mancing maka apabila pancing dan umpannya besar maka akan memperoleh ikan yang besar pula. Hal ini sering diungkapkan pula ketika ada panitia pembangunan masjid dan Lembaga Pendidikan Islam bahwa apabila berniat ingin membangun maka disarankan tidak perlu khawatir pembangunan tersebut tidak selesai dan menyuruhnya membongkar/ memulai pembangunan tersebut tanpa menunggu terkumpulnya dana untuk pembangunan karena menurut beliau bahwa pembangunan masjid dan LPI tersebut merupakan proyek Allah SWT. dan Insya-Allah pasti selesai tinggal menata niat panitia serta berusaha semaksimal mungkin sebagai sunnatullah dan harus disertai dengan banyak berdo’a.” Begitulah saran-saran beliau kepada para takmir dan panitia yang datang minta saran dan sumbangan kepada beliau.
• Dermawan dan Sangat Perhatian terhadap Fakir Miskin dan Anak Yatim
Kedermawanan yang ada pada beliau tumbuh dan berkembang sejak beliau karena hal tersebut sudah ditanamkam oleh aba dan kakeknya sebagaimana kisah-kisah sebelumya sehingga beliau tumbuh dan berkembang mempunyai jiwa sosial terutama memiliki kepedulian kepada para ffakir-miskin dan anak yatim. Bentuk kepedulian terhadap mereka diantaranya adalah bahwa kebiasaan belia membagikan hadiah pakaian hari raya, beras dan kebutuhan sehari-hari, membagikan daging kurban kepada para tetangga pondok, famili beliau yang tidak mampu, serta kepada orang-orang yang datang minta bantuan, mulai pengobatan sampai pada biaya sekolah anak-anak mereka kepada orang yang tak mampu.
• Ikhlas
Sebagaimana sering diungkapkan oleh beliau dalam menasehati para santri dan para guru agar senantiasa menata niat dalam setiap tindakan dan amal yang akan dilakukan. Hal ini merupakan cerminan dari kepribadian beliau yang senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai pondasi dari setiap amaliah yang beliau laksanakan, termasuk pendirian pondok. Sebagai sebuah bukti dari keikhlasan beliau ketika ada guru-guru yang mengusulkan agar membuat papan nama pondok di tepi jalan beliau tidak langsung mengabulkan permintaan tersebut. Namun karena beberapa kali guru-guru tetap mengusulkan dengan alasan banyak wali santri yang tidak tahu lokasi pondok dan sering kesasar dan bingung mencari alamat pondok, baru tersebut dikabulkan tiga tahun sebelum beliau wafat. Demikian pula beliau dalam rekrutmen/seleksi guru-guru, maka yang pertama kali dilihat adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau mengajar di pondok, diuji tingkat keikhlasannya, bahkan beliau tidak memperhatikan selama satu tahun. Karena beliau berpendapat bahwa apabila gurunya tidak ikhlas akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula.
• Tawadlu’
Walaupun beliau sebagai ulama besar yang dihormati dan disegani, baik di dalam maupun di luar negeri, dan kebesaran beliau diakui oleh Sayyid Muhammad sehingga pada saat beliau datang ke Mekkah di majlis ta’lim Sayyid Muhammad diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan / taujihat pada jamaah haji dan para ulama sedunia yang berkumpul di majlis tersebut, dan juga dalam acara haul Nabiyullah Nuh AS di Yaman beliau senantiasa mengelak ketika diminta untuk memberikan sambutan, tetapi pada kunjungan yang terakhir beliau mau memberikan sambutan namun tetap dengan sikap tawadlu’ beliau mengatakan bahwa tidak bermaksud memberikan nasehat kepada yang hadir yang kebanyakan terdiri dari para ulama dan auliya’, tetapi nasehat tersebut ditujukan untuk santri-santri beliau yang belajar di sana. Beliau senantiasa menunjukkan sikap tawadlu’ dalam kehidupan sehari-hari dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang besar. Siapapun tamu yang datang dilayani dengan ramah bahkan apabila menyajikan makanan beliau sering mengangkat sendiri sajian makanan dari dapur dan menyuguhkannya kepada para tamu. Diantara doa yang menunjukkan sikap dan sifat tawadlu’nya tersebut dengan senantiasa memanjatkan do’a agar beliau dan putra-putra serta murid-muridnya dijadikan orang-orang yang memiliki kebesaran tetapi tersembunyi (minal masturiin).
• Kesederhanaan Pribadi Ust. Hasan
Apabila orang bertemu dengan Ust. Hasan Baharun dan orang tersebut sebelumnya belum mengenal beliau maka orang tersebut tidak akan menyangka bahwa ust Hasan adalah Ulama besar yang sangat dihormati dan disegani karena beliau memang mempunyai penampilan yang sangat sederhana, pakaian yang dipakai sehari-hari di dalam pondok dan ketika keluar pondok biasa-bisa saja yaitu memakai gamis dan kopyah putih tanpa imamah dan rihda kecuali apabila beliau akan menyampaikan ceramah atau menghadiri majlispertemuan yang harus menampilkan sebagai sosok untuk menjaga kehormatan dan kebesaran serta kewibawaan Ulama. Maka beliau akan berpakain lengkap dengan jubah kebesarannnya. Selain kesederhanaan dalam berpakaian beliau juga memiliki kesederhanaan dalam pola kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tertarik dan menaruh simpati kepada beliau ketika membandingkan fasilitas pondok yang serba lengkap dan baik dengan rumah beliau yang atapnya rusak dan sering bocor karena tidak sempat untuk diperbaiki serta perabot rumah tangga yang semuanya serba biasa-biasa saja, hal ini sudsah menjadi pilihan beliau yang lebih terkonsentrasi memikirkan bagaimana memenuhi fasilitas santri.
Ust. Hasan Baharun 4
L. Perhatian Ust. Hasan Baharun terhadap Pengembangan dan Penyebaran Bahasa Arab
Ust. Hasan Baharun mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap pengembangan dan pengembangan Bahasa Arab. Selain Beliau banyak mengarang kita-kitab yang berhubungan dengan Bahasa Arab seperti Kamus Bahasa Dunia Al ‘Ashriyyah, Muhawarah Jilid I dan II, Qawa’idul I’rab, Kalimatul Asma’ Al Yaumiyyah dan Kalimatul Af’al Al Yaumiyyah, 40 Kaidah-kaidah Nahwu (Pengantar Ilmu Nahwu) serta beliau mewajibkan seluruh santri dan para guru untuk senantiasa menggunakan Bahasa Arab. Disamping mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren beliau sendiri, juga mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok pesantren lainnya mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah. Adapun bentuk perhatian beliau terhadap Bahasa Arab :antara Lain
o Beliau sering mengisi seminar-seminar di berbagai perguruan tinggi dan pondok pesantren serta berbagai lembaga pendidikan untuk menjelaskan pentingnya Bahasa Arab.
o Mengirim beberapa guru dan santri untuk mengajar khusus Bahasa Arab di beberapa lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren.
o Menerima dan mengadakan kursus Bahasa Arab secara gratis di Pondok Pesantren Darullughah yang terbuka untuk umum serta beliau menangani sendiri setiap ada rombongan kursus dari pondok-pondok dan perguruan tinggi.
o Senantiasa memberikan motivasi kepada para ulama/kyai untuk membiasakan berbahasa Arab. Dan menyarankan agar mewajibkan santrinya berbahasa Arab.
o Senantiasa menyuruh guru-guru untuk mengarang hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Arab.
o Mengawasi guru-guru agar menerangkan pelajaran dengan bahasa Arab dan menegurnya apabila diketahui menjelaskan pelajaran di kelas dengan menggunakan bahasa selainnya.
M. Cita – Cita Besar Ust. Hasan Baharun
Beberapa bulan sebelum beliau wafat sering mengungkapkan cita-cita besar beliau yaitu ingin membuat organisasi yang dapat menyatukan Ummat Islam. Karena beliau berpendapat bahwa dengan persatuan Ummat Islam banyak hal yang bisa dilakukan. Bahkan ketika ada perrtemuan Ulama di Jakarta dan beliau berhalangan hadir beliau menitip surat kepada Ust Qosim Baharun yang mewakilinya untuk membacakan surat tersebut sebagai usulan dari beliau yaitu agar para ulama menggagas Organisasi Persatuan Habaib, Ulama, Kiyai, Santri dan para simpatisan dalam ikatan satu wadah non politik yang tujuannya murni untuk kepentingan Ummat Islam. Bahkan beliau berjanji sanggup meninggalkan pondok dan menyerahkan urusan pondok kepada putranya Al-Habib Zain Baharun sedangkan beliau sendiri ingin bersilaturrrahmi ke para Ulama di seluruh nusantara untuk mensosialisasikan ide besar dan mulia tersebut.
Ust. Hasan Baharun mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap pengembangan dan pengembangan Bahasa Arab. Selain Beliau banyak mengarang kita-kitab yang berhubungan dengan Bahasa Arab seperti Kamus Bahasa Dunia Al ‘Ashriyyah, Muhawarah Jilid I dan II, Qawa’idul I’rab, Kalimatul Asma’ Al Yaumiyyah dan Kalimatul Af’al Al Yaumiyyah, 40 Kaidah-kaidah Nahwu (Pengantar Ilmu Nahwu) serta beliau mewajibkan seluruh santri dan para guru untuk senantiasa menggunakan Bahasa Arab. Disamping mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren beliau sendiri, juga mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok pesantren lainnya mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah. Adapun bentuk perhatian beliau terhadap Bahasa Arab :antara Lain
o Beliau sering mengisi seminar-seminar di berbagai perguruan tinggi dan pondok pesantren serta berbagai lembaga pendidikan untuk menjelaskan pentingnya Bahasa Arab.
o Mengirim beberapa guru dan santri untuk mengajar khusus Bahasa Arab di beberapa lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren.
o Menerima dan mengadakan kursus Bahasa Arab secara gratis di Pondok Pesantren Darullughah yang terbuka untuk umum serta beliau menangani sendiri setiap ada rombongan kursus dari pondok-pondok dan perguruan tinggi.
o Senantiasa memberikan motivasi kepada para ulama/kyai untuk membiasakan berbahasa Arab. Dan menyarankan agar mewajibkan santrinya berbahasa Arab.
o Senantiasa menyuruh guru-guru untuk mengarang hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Arab.
o Mengawasi guru-guru agar menerangkan pelajaran dengan bahasa Arab dan menegurnya apabila diketahui menjelaskan pelajaran di kelas dengan menggunakan bahasa selainnya.
M. Cita – Cita Besar Ust. Hasan Baharun
Beberapa bulan sebelum beliau wafat sering mengungkapkan cita-cita besar beliau yaitu ingin membuat organisasi yang dapat menyatukan Ummat Islam. Karena beliau berpendapat bahwa dengan persatuan Ummat Islam banyak hal yang bisa dilakukan. Bahkan ketika ada perrtemuan Ulama di Jakarta dan beliau berhalangan hadir beliau menitip surat kepada Ust Qosim Baharun yang mewakilinya untuk membacakan surat tersebut sebagai usulan dari beliau yaitu agar para ulama menggagas Organisasi Persatuan Habaib, Ulama, Kiyai, Santri dan para simpatisan dalam ikatan satu wadah non politik yang tujuannya murni untuk kepentingan Ummat Islam. Bahkan beliau berjanji sanggup meninggalkan pondok dan menyerahkan urusan pondok kepada putranya Al-Habib Zain Baharun sedangkan beliau sendiri ingin bersilaturrrahmi ke para Ulama di seluruh nusantara untuk mensosialisasikan ide besar dan mulia tersebut.
Ust. Hasan Baharun 3
I. Hubungan Ust. Hasan Baharun dengan Ulama
Abuya Ust Hasan Baharun dikenal sangat supel dan luwes dalam menjalin hubungan dengan semua kalangan. Beliau mampu menjalin hubungan dan memelihara hubungan tersebut dengan baik hal ini terlihat bahwa beliau mampu melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam perjuangan dan dakwah Islam serta mengajak mereka berpartisipasi dalam perintisan dan pembangunan pondok pesantren, baik itu tokoh masyarakat dari kalangan NU maupun tokoh-tokoh Muhammadiyah. Dan di Pasuruan beliau secara aklamasi di tunjuk sebagai ketua MUI walaupun beliau memberikan syarat kalau pertemuan MUI harus di Pondok Darullughah Wdda’wah, hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Ust. dikalangan para Ulama Pasuruan. Hal ini sangat wajar karena beliau juga selain hubungan pribadi juga beliau meluangkan waktunya untuk membantu mengajar bahasa Arab di berbagai pondok besar mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah. Adapun hubungan beliau dengan ulama-ulama luar negeri, terutama dengan ulama besar Timur Tengah sekilas dapat kami unkapkan sebagai berikut:
• Hubungan dengan Abuya Sy. Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani
Hubungan Abuya Ust. Hasan Baharun dengan Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki bermula sejak beliau ditunjuk untuk menjadi penerjemah ceramah dalam kunjungan dan silaturrahmi Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ke beberapa pondok pesantren di Jawa Timur. Abuya Sayyid Muhammad sangat tertarik dengan kemampuan Bahasa Arab dan Kepribadian Ust. Hasan Baharun sehingga setiap kunjungan ke Jawa Timur beliau menjadi langganan sebagai penerjemahnya. Bahkan Abuya Ust. Hasan dipercaya untuk mengajar Bahasa Arab istri Abuya Sayyid Muhammad sebelum diajak ke Makkah Al-Mukarromah.
Dengan pandangan hati Abuya memerintah Ust. Hasan untuk membuka pondok pesantren serta setelah perkembangan pondok cukup pesat beliau pula yang menyuruh agar pondok yang asalnya mengontrak rumah di Bangil agar pindah ke lokasi di Desa Raci Kecamatan Bangil (lokasi pondok sekarang) dan memberi dana pertama untuk membangun pondok Raci. Selanjutnya Abuya Ust Hasan sering ke Mekkah berziarah ke kediaman beliau dan sekaligus untuk mencari dana. Sambutan yang luar biasa diberikan oleh Sayyid Muhammad dan beliau sendiri yang menulis surat kepada para aghniya/memberikan memo agar membantu pembangunan pondok Dalwa.
Menurut penuturan Abuya Ust. Hasan Baharun bahwa apabila beliau ke Makkah beliau memperlakukan dirinya sebagai santri Abuya Sayyid Muhammad dan mengakui bahwa Sayyid Muhammad adalah guru beliau di samping Al-Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Assegaff. Walaupun demikian Abuya Sayyid Muhammad memberikan penghormatan kepada Ust. Hasan sebagai ulama bahkan beliau diberi ruang khusus serta dilengkapi dengan telepon untuk memudahkan urusan.
Dan untuk mempererat hubungan yang telah terjalin Abuya Ust Hasan mengirim putranya Al-Habib Zain Bin Hasan Baharun dan beberapa santri Dalwa untuk belajar pada Abuya Sayyid Muhammad serta beberapa Alumni Sayyid Muhammad yang di Jawa Timur oleh Ust Hasan diminta untuk mengajar di Ma’had Dalwa seperti Ust. Ihya Ulumuddin, Ust Ahmad Bin Husin Assegaff, Ust. Abdul Hadi Surabaya, Ust. Sholeh Al-Idrus, Ust Muhammad Al-Haddad, Ust. Abdullah Mulahelah (Malang), Ust. Hilmi, Ust. Amir Syarifudin, Ust. Abdullah Umar, dan lain sebagainya.
Demikian pula Abuya Sayyid Muhammad mempunyai perhatian yang besar terhadap ma’had Dalwa selain para santrinya yang berasal dari kawasan Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan, Malang Sidoarjo, Surabaya dan Gresik) dianjurkan untuk mengajar di Ma’had Dalwa, beliau juga senantiasa memberikan bantuan dan mengawasi perkembangannya.
• Hubungan dengan Ulama Hadromaut
Hubungan Ustadz Hasan Baharun dengan ulama Hadromaut bermula ketika beliau berziarah ke Hadromaut dan bertemu dengan para ulama disana. Melihat tradisi salaf dan keilmuan yang ada di Hadramaut maka beliau tertarik untuk mengirimkan santri-santrinya ke beberapa ribath (pondok) yang dipimpin para masyayikh di sana. Sehingga hubungan antara Ust. Hasan dengan para ulama Hadramaut Yaman semakin baik sampai kewafatan beliau bahkan diteruskan oleh penerusnya (Ust. Zain Hasan Baharun) sampai sekarang.
J. Hubungan dengan Para Pejabat / Pemerintah
Hubungan Ust. Hasan dengan para pejabat dilatar belakangi karena urusan lembaga pendidikan, sebab sebuah lembaga tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa keterlibatan instansi dan pihak lain terutama dengan instansi pemerintah. Oleh karena itu beliau menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam kerangka kepentingan pondok dan kepentingan dakwah serta perjuangan bukan termotivasi atas kepentingan pribadi. Beliau mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam posisi terhormat, berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga beliau tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata dalam rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI sangat diperhitungkan.
Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya kegiatan di pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta acara di pendopo tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat acara. Bahkan ada yang bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya Ust. Hasan”. Sebuah contoh keberhasilan dakwah beliau di kalangan pejabat adalah mereka senantiasa berkonsultasi dan minta pendapat beliau apabila ada permasalahan di masyarakat. Dan juga beliau mampu menciptakan kegiatan-kegiatan keagamaan di beberapa instansi strategis misalnya dengan secara rutin mengadakan acara pengajian di Kantor Kodim, Sholat taubat/tasbih secara rutin dengan pihak Kapolres yang melibatkan seluruh anggota Kapolsek se-Kabupaten Pasuruan. Beliau dapat pula mengontrol setiap kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah walaupun sulitnya bersikap, karena saat itu dominasi dan kuatnya pengaruh pemerintahan orde baru, namun Al-hamdulillah beliau mampu berkiprah semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan kaum muslimin.
K. Hubungan dengan Masyarakat Umum
Disela-sela kesibukan yang sangat padat Ust.. Hasan Baharun sangat perhatian dengan masyarakat umum, terutama tokoh-tokoh masyarakat, apabila ada waktu beliau senantiasa menyempatkan diri bersilaturrahmi walaupun hanya sebentar dan beliau siap menerima segala keluhan masyarakat selama dua puluh empat jam bahkan seluruh lapisan masyarakat sangat mudah menemui beliau di kantor pondok karena sepanjang hari mulai pukul 02.00 malam sampai pukul 10 malam berada dikantor untuk melayani kepentingan santri, wali murid dan masyarakat umum. Hal ini terbukti setiap hari dan setiap saat banyak masyarakat yang datang bersilaturrrahmi mulai yang datang untuk bertanya masalah hukum agama, minta barokah do’a, minta bantuan biaya sekolah, bantuan pembangunan masjid dan lembaga pendidikan dan sosial, minta biaya pengobatan bahkan ada beberapa yang secara rutin disuruh datang untuk mengambil jatah kebutuhan yang ditanggung oleh beliau.
Abuya Ust Hasan Baharun dikenal sangat supel dan luwes dalam menjalin hubungan dengan semua kalangan. Beliau mampu menjalin hubungan dan memelihara hubungan tersebut dengan baik hal ini terlihat bahwa beliau mampu melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam perjuangan dan dakwah Islam serta mengajak mereka berpartisipasi dalam perintisan dan pembangunan pondok pesantren, baik itu tokoh masyarakat dari kalangan NU maupun tokoh-tokoh Muhammadiyah. Dan di Pasuruan beliau secara aklamasi di tunjuk sebagai ketua MUI walaupun beliau memberikan syarat kalau pertemuan MUI harus di Pondok Darullughah Wdda’wah, hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Ust. dikalangan para Ulama Pasuruan. Hal ini sangat wajar karena beliau juga selain hubungan pribadi juga beliau meluangkan waktunya untuk membantu mengajar bahasa Arab di berbagai pondok besar mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah. Adapun hubungan beliau dengan ulama-ulama luar negeri, terutama dengan ulama besar Timur Tengah sekilas dapat kami unkapkan sebagai berikut:
• Hubungan dengan Abuya Sy. Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani
Hubungan Abuya Ust. Hasan Baharun dengan Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki bermula sejak beliau ditunjuk untuk menjadi penerjemah ceramah dalam kunjungan dan silaturrahmi Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ke beberapa pondok pesantren di Jawa Timur. Abuya Sayyid Muhammad sangat tertarik dengan kemampuan Bahasa Arab dan Kepribadian Ust. Hasan Baharun sehingga setiap kunjungan ke Jawa Timur beliau menjadi langganan sebagai penerjemahnya. Bahkan Abuya Ust. Hasan dipercaya untuk mengajar Bahasa Arab istri Abuya Sayyid Muhammad sebelum diajak ke Makkah Al-Mukarromah.
Dengan pandangan hati Abuya memerintah Ust. Hasan untuk membuka pondok pesantren serta setelah perkembangan pondok cukup pesat beliau pula yang menyuruh agar pondok yang asalnya mengontrak rumah di Bangil agar pindah ke lokasi di Desa Raci Kecamatan Bangil (lokasi pondok sekarang) dan memberi dana pertama untuk membangun pondok Raci. Selanjutnya Abuya Ust Hasan sering ke Mekkah berziarah ke kediaman beliau dan sekaligus untuk mencari dana. Sambutan yang luar biasa diberikan oleh Sayyid Muhammad dan beliau sendiri yang menulis surat kepada para aghniya/memberikan memo agar membantu pembangunan pondok Dalwa.
Menurut penuturan Abuya Ust. Hasan Baharun bahwa apabila beliau ke Makkah beliau memperlakukan dirinya sebagai santri Abuya Sayyid Muhammad dan mengakui bahwa Sayyid Muhammad adalah guru beliau di samping Al-Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Assegaff. Walaupun demikian Abuya Sayyid Muhammad memberikan penghormatan kepada Ust. Hasan sebagai ulama bahkan beliau diberi ruang khusus serta dilengkapi dengan telepon untuk memudahkan urusan.
Dan untuk mempererat hubungan yang telah terjalin Abuya Ust Hasan mengirim putranya Al-Habib Zain Bin Hasan Baharun dan beberapa santri Dalwa untuk belajar pada Abuya Sayyid Muhammad serta beberapa Alumni Sayyid Muhammad yang di Jawa Timur oleh Ust Hasan diminta untuk mengajar di Ma’had Dalwa seperti Ust. Ihya Ulumuddin, Ust Ahmad Bin Husin Assegaff, Ust. Abdul Hadi Surabaya, Ust. Sholeh Al-Idrus, Ust Muhammad Al-Haddad, Ust. Abdullah Mulahelah (Malang), Ust. Hilmi, Ust. Amir Syarifudin, Ust. Abdullah Umar, dan lain sebagainya.
Demikian pula Abuya Sayyid Muhammad mempunyai perhatian yang besar terhadap ma’had Dalwa selain para santrinya yang berasal dari kawasan Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan, Malang Sidoarjo, Surabaya dan Gresik) dianjurkan untuk mengajar di Ma’had Dalwa, beliau juga senantiasa memberikan bantuan dan mengawasi perkembangannya.
• Hubungan dengan Ulama Hadromaut
Hubungan Ustadz Hasan Baharun dengan ulama Hadromaut bermula ketika beliau berziarah ke Hadromaut dan bertemu dengan para ulama disana. Melihat tradisi salaf dan keilmuan yang ada di Hadramaut maka beliau tertarik untuk mengirimkan santri-santrinya ke beberapa ribath (pondok) yang dipimpin para masyayikh di sana. Sehingga hubungan antara Ust. Hasan dengan para ulama Hadramaut Yaman semakin baik sampai kewafatan beliau bahkan diteruskan oleh penerusnya (Ust. Zain Hasan Baharun) sampai sekarang.
J. Hubungan dengan Para Pejabat / Pemerintah
Hubungan Ust. Hasan dengan para pejabat dilatar belakangi karena urusan lembaga pendidikan, sebab sebuah lembaga tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa keterlibatan instansi dan pihak lain terutama dengan instansi pemerintah. Oleh karena itu beliau menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam kerangka kepentingan pondok dan kepentingan dakwah serta perjuangan bukan termotivasi atas kepentingan pribadi. Beliau mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam posisi terhormat, berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga beliau tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata dalam rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI sangat diperhitungkan.
Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya kegiatan di pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta acara di pendopo tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat acara. Bahkan ada yang bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya Ust. Hasan”. Sebuah contoh keberhasilan dakwah beliau di kalangan pejabat adalah mereka senantiasa berkonsultasi dan minta pendapat beliau apabila ada permasalahan di masyarakat. Dan juga beliau mampu menciptakan kegiatan-kegiatan keagamaan di beberapa instansi strategis misalnya dengan secara rutin mengadakan acara pengajian di Kantor Kodim, Sholat taubat/tasbih secara rutin dengan pihak Kapolres yang melibatkan seluruh anggota Kapolsek se-Kabupaten Pasuruan. Beliau dapat pula mengontrol setiap kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah walaupun sulitnya bersikap, karena saat itu dominasi dan kuatnya pengaruh pemerintahan orde baru, namun Al-hamdulillah beliau mampu berkiprah semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan kaum muslimin.
K. Hubungan dengan Masyarakat Umum
Disela-sela kesibukan yang sangat padat Ust.. Hasan Baharun sangat perhatian dengan masyarakat umum, terutama tokoh-tokoh masyarakat, apabila ada waktu beliau senantiasa menyempatkan diri bersilaturrahmi walaupun hanya sebentar dan beliau siap menerima segala keluhan masyarakat selama dua puluh empat jam bahkan seluruh lapisan masyarakat sangat mudah menemui beliau di kantor pondok karena sepanjang hari mulai pukul 02.00 malam sampai pukul 10 malam berada dikantor untuk melayani kepentingan santri, wali murid dan masyarakat umum. Hal ini terbukti setiap hari dan setiap saat banyak masyarakat yang datang bersilaturrrahmi mulai yang datang untuk bertanya masalah hukum agama, minta barokah do’a, minta bantuan biaya sekolah, bantuan pembangunan masjid dan lembaga pendidikan dan sosial, minta biaya pengobatan bahkan ada beberapa yang secara rutin disuruh datang untuk mengambil jatah kebutuhan yang ditanggung oleh beliau.
Ust. Hasan Baharun 2
G. Metode Pengkaderan dan Pendidikan Putra-putra Beliau
Dalam mendidik putra-putranya beliau sangat disiplin dan memperlakukan putra-putranya seperti santri-santri pada umumnya. Putra-putra beliau disuruh tinggal di asrma/kamar santri, peraturan yang berlaku untuk santri juga diberlakukan untuk putra-putra beliau, seperti piket menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Dan apabila ketahuan ada santri memberi hadiah - uang atau membantu / menggantikan piketnya maka putra beliau dan santri yang membantu tersebut akan diberikan sanksi. Apabila putra beliau melanggar peraturan pondok akan menerima sanksi 2 kali lipat. Sehingga dengan kedisiplinan, kesederhanaan serta kemandirian yang ditanamkan oleh beliau alhamdulillah putra-putra beliau berhasil mengikuti jejak beliau menjadi ahli ilmu dan terjun di dunia pendidikan dan dakwah. Bahkan untuk mengikat dan memberikan motivasi, beliau mengatakan kepada putra-putranya bahwa mereka tidak berhak menggunakan fasilitas pondok apabila tidakturut serta membantu pondok.
H. Pemikiran dan Konsep konsep Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Secara singkat akan kami uraikan beberapa pemikiran dan konsep-konsep pendidikan yang dapat kami tangkap dari ungkapan dan ide-ide serta realitas yang beliau jalankan dalam mengelola lembaga pendidikan dan pondok pesantren antara lain.
o Apabila seorang kyai sudah mendirikan pondok maka dia harus rela meninggalkan semua aktifitas dan hobinya yang ada diluar pondok yang dapat mengganggu konsentrasinya dalam membina santrinya. Beliau mengibaratkan seorang pengasuh pondok pesantren sebagai induk ayam yang sedang mengerami telur, maka apabila sering meninggalkan sarangnya kemungkinan besar telur tesebut tidak jadi menetas, dan telur tersebut akan busuk.
o Untuk mendirikan pondok pesantren harus dijiwai dengan ikhlas dan guru-guru yang akan mengajar harus diseleksi tingkat keikhlasannya, sehingga tidak akan menularkan kepada santrinya ilmu yang tidak ikhlas dan seterusnya. “Dan apabila diniati dengan hati yang ikhlas maka pondok pesantren tidak usah khawatir akan datangnya murid sebab Allah akan memproklamasikan/ mengumumkan kepada para malaikat untuk menanamkan kemantapan pada kaum muslimin.” Begitu jawaban Ust Hasan ketika ditanya sistem promosi apa yang dipakai pondok sehingga sangat cepat perkembangan santrinya dan berasal dari berbagai propinsi bahkan dari beberapa negara tetangga.
o Sasaran yang diutamakan dan mendapat perhatian khusus dari beliau adalah :
+ Putra para kyai dan para habaib khususnya yang memmpunyai pondok pesantren dan majlis ta’lim, hal ini dilakukan karena mereka sudah jelas ditunggu oleh ummat dan sebagai proses pengkaderan agar mereka bisa menjadi penerus orang tua mereka memimpin pondok pesantren.
+ Putra-putra daerah yang disana jarang ada ulama/kyai/ustadz, sehingga diharapkan nanti bisa pulang kembali untuk berdakwah menyebarkan Islam dan merintis lembaga pendidikan/majlis ta’lim.
+ Putra aghniya, yang dengan masuknya putra mereka di pondok dengan beberapa pertimbangan diantaranya diharapkan perhatiannya terhadap Islam/pondok pesantren lebih besar dan sebagai wasilah masuknya dakwah kepada orang tua mereka, menyelamatkan harta mereka serta sebagai bentuk subsidi silang terhadap santri yang tidak mampu.
+ Putra-putri dari orang-orang yang pernah berjasa dalam perintisan pondok .
Dalam mendidik putra-putranya beliau sangat disiplin dan memperlakukan putra-putranya seperti santri-santri pada umumnya. Putra-putra beliau disuruh tinggal di asrma/kamar santri, peraturan yang berlaku untuk santri juga diberlakukan untuk putra-putra beliau, seperti piket menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Dan apabila ketahuan ada santri memberi hadiah - uang atau membantu / menggantikan piketnya maka putra beliau dan santri yang membantu tersebut akan diberikan sanksi. Apabila putra beliau melanggar peraturan pondok akan menerima sanksi 2 kali lipat. Sehingga dengan kedisiplinan, kesederhanaan serta kemandirian yang ditanamkan oleh beliau alhamdulillah putra-putra beliau berhasil mengikuti jejak beliau menjadi ahli ilmu dan terjun di dunia pendidikan dan dakwah. Bahkan untuk mengikat dan memberikan motivasi, beliau mengatakan kepada putra-putranya bahwa mereka tidak berhak menggunakan fasilitas pondok apabila tidakturut serta membantu pondok.
H. Pemikiran dan Konsep konsep Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Secara singkat akan kami uraikan beberapa pemikiran dan konsep-konsep pendidikan yang dapat kami tangkap dari ungkapan dan ide-ide serta realitas yang beliau jalankan dalam mengelola lembaga pendidikan dan pondok pesantren antara lain.
o Apabila seorang kyai sudah mendirikan pondok maka dia harus rela meninggalkan semua aktifitas dan hobinya yang ada diluar pondok yang dapat mengganggu konsentrasinya dalam membina santrinya. Beliau mengibaratkan seorang pengasuh pondok pesantren sebagai induk ayam yang sedang mengerami telur, maka apabila sering meninggalkan sarangnya kemungkinan besar telur tesebut tidak jadi menetas, dan telur tersebut akan busuk.
o Untuk mendirikan pondok pesantren harus dijiwai dengan ikhlas dan guru-guru yang akan mengajar harus diseleksi tingkat keikhlasannya, sehingga tidak akan menularkan kepada santrinya ilmu yang tidak ikhlas dan seterusnya. “Dan apabila diniati dengan hati yang ikhlas maka pondok pesantren tidak usah khawatir akan datangnya murid sebab Allah akan memproklamasikan/ mengumumkan kepada para malaikat untuk menanamkan kemantapan pada kaum muslimin.” Begitu jawaban Ust Hasan ketika ditanya sistem promosi apa yang dipakai pondok sehingga sangat cepat perkembangan santrinya dan berasal dari berbagai propinsi bahkan dari beberapa negara tetangga.
o Sasaran yang diutamakan dan mendapat perhatian khusus dari beliau adalah :
+ Putra para kyai dan para habaib khususnya yang memmpunyai pondok pesantren dan majlis ta’lim, hal ini dilakukan karena mereka sudah jelas ditunggu oleh ummat dan sebagai proses pengkaderan agar mereka bisa menjadi penerus orang tua mereka memimpin pondok pesantren.
+ Putra-putra daerah yang disana jarang ada ulama/kyai/ustadz, sehingga diharapkan nanti bisa pulang kembali untuk berdakwah menyebarkan Islam dan merintis lembaga pendidikan/majlis ta’lim.
+ Putra aghniya, yang dengan masuknya putra mereka di pondok dengan beberapa pertimbangan diantaranya diharapkan perhatiannya terhadap Islam/pondok pesantren lebih besar dan sebagai wasilah masuknya dakwah kepada orang tua mereka, menyelamatkan harta mereka serta sebagai bentuk subsidi silang terhadap santri yang tidak mampu.
+ Putra-putri dari orang-orang yang pernah berjasa dalam perintisan pondok .
Ust. Hasan Baharun
A. Sejarah Kelahiran dan Sisilah Ust. Hasan Baharun
Al Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy.
Adapun silsilah dzahabiyah yang mulia dari beliau adalah Al Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Bin Baharun
B. Sejarah Masa Kanak-kanak Ust . Hasan Baharun
Sejak kecil kedisiplinan dan kesederhanaan telah ditanamkan oleh kedua orang tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi sosok pribadi yang mempunyai akhlaq dan sifat yang terpuji.
C. Sejarah Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Pendidikan agama selain diperoleh dari bimbingan kedua orang tuanya ia dapatkan dari Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya yang dikenal sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba ilmu agama dari paman-pamannya sendiri yaitu Ust. Usman bin Ahmad Bachabazy dan Ust. Umar bin Ahmad Bachabazy. Semangat belajar Ust. Hasan Baharun sejak kecil memang dikenal rajin dan ulet, bahkan apabila bulan Ramadhan tiba beliau belajar semalam suntuk, mulai sehabis tadarrus sampai menjelang shubuh. Beliau belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid kesayangan Al-Faqih Al-Habib Umar Ba’aqil Surabaya. Disamping pendidikan agama beliau juga menuntut pendidikan ilmu umum mulai dari Sekolah Rakyat (SR / setingkat SD), Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan hanya sampai di kelas 4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di Surabaya.
D. Masa Remaja dan Pengalaman Organisasi Ust. Hasan Baharun
Semasa remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid ataupun organisasi lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam (PII) bahkan beliau pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang. Dan pernah menjabat Ketua Pandu Fatah Al Islam di Sumenep. beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas menyampaikan kebenaran. Dan di Pasuruan menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayat beliau.
E. Perjalanan dan Konsep Dakwah Ust. Hasan Baharun
Setelah menamatkan sekolah beliau sering mengikuti ayahnya ke Masalembu untuk berda’wah sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz Hasan pada saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang tidak mampu membayar hutangnya disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan. Sifat-sifat inilah yang diwarisi beliau yang dikenal apabila berdagang tidak pernah membawa untung karena senantiasa membebaskan orang-orang yang tidak mampu membayarnya. Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan. Pada tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan .
Dengan penuh kearifan dan bijaksana dikenalkannya dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam terhadap Islam. Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya. Di setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan. Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara.
Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT.
Berdagang yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada masyarakat. Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang yang tidak mampu membayarnya.
Selain itu pula beliau mempunyai keahlian memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga aabila mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama.
Selain berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan pamannya sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari tahanan.
Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan disuruh untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa Timur. Pada tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren Gondanglegi Malang mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.
F. Sejarah Pendirian Pondok dan Perkembangannya Ma’had
didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharunn mengasuh dan mendidik para santrinya, sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri berkembang dengan pesat. Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan. Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sy. Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dipindah ke Desa Raci.
Kesuksesan Ust. Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar dari seorang wanita sholihah yang sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan serta ketegarannya dalam menghadapi kehidupan oleh ayahandanya Al-Habib Muhammad Al-Hinduan, beliau adalah Syarifah Khodijah binti Muhammad Al-Hinduan, istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan kesabaran mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa memberikan semangat bagi sang suami.
Bahkan jiwa besar dan perjuangannya ditunjukkan oleh ustadzah ketika Ust. Hasan membutuhkan dana untuk pondok maka ustadzah dengan senang hati menjual seluruh barang-barang berharga dan semua perhiasan yang dimilikinya bahkan yang mengandung kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Pada tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H beliau berpulang ke rahmatullah, kemudianestafet kepemimpinan dilanjutkan oleh putra beliau Al Ustadz Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.
Pada tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I dan II ibtida’iyah.
Al Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy.
Adapun silsilah dzahabiyah yang mulia dari beliau adalah Al Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Bin Baharun
B. Sejarah Masa Kanak-kanak Ust . Hasan Baharun
Sejak kecil kedisiplinan dan kesederhanaan telah ditanamkan oleh kedua orang tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi sosok pribadi yang mempunyai akhlaq dan sifat yang terpuji.
C. Sejarah Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Pendidikan agama selain diperoleh dari bimbingan kedua orang tuanya ia dapatkan dari Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya yang dikenal sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba ilmu agama dari paman-pamannya sendiri yaitu Ust. Usman bin Ahmad Bachabazy dan Ust. Umar bin Ahmad Bachabazy. Semangat belajar Ust. Hasan Baharun sejak kecil memang dikenal rajin dan ulet, bahkan apabila bulan Ramadhan tiba beliau belajar semalam suntuk, mulai sehabis tadarrus sampai menjelang shubuh. Beliau belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid kesayangan Al-Faqih Al-Habib Umar Ba’aqil Surabaya. Disamping pendidikan agama beliau juga menuntut pendidikan ilmu umum mulai dari Sekolah Rakyat (SR / setingkat SD), Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan hanya sampai di kelas 4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di Surabaya.
D. Masa Remaja dan Pengalaman Organisasi Ust. Hasan Baharun
Semasa remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid ataupun organisasi lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam (PII) bahkan beliau pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang. Dan pernah menjabat Ketua Pandu Fatah Al Islam di Sumenep. beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas menyampaikan kebenaran. Dan di Pasuruan menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayat beliau.
E. Perjalanan dan Konsep Dakwah Ust. Hasan Baharun
Setelah menamatkan sekolah beliau sering mengikuti ayahnya ke Masalembu untuk berda’wah sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz Hasan pada saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang tidak mampu membayar hutangnya disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan. Sifat-sifat inilah yang diwarisi beliau yang dikenal apabila berdagang tidak pernah membawa untung karena senantiasa membebaskan orang-orang yang tidak mampu membayarnya. Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan. Pada tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan .
Dengan penuh kearifan dan bijaksana dikenalkannya dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam terhadap Islam. Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya. Di setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan. Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara.
Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT.
Berdagang yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada masyarakat. Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang yang tidak mampu membayarnya.
Selain itu pula beliau mempunyai keahlian memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga aabila mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama.
Selain berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan pamannya sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari tahanan.
Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan disuruh untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa Timur. Pada tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren Gondanglegi Malang mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.
F. Sejarah Pendirian Pondok dan Perkembangannya Ma’had
didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharunn mengasuh dan mendidik para santrinya, sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri berkembang dengan pesat. Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan. Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sy. Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dipindah ke Desa Raci.
Kesuksesan Ust. Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar dari seorang wanita sholihah yang sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan serta ketegarannya dalam menghadapi kehidupan oleh ayahandanya Al-Habib Muhammad Al-Hinduan, beliau adalah Syarifah Khodijah binti Muhammad Al-Hinduan, istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan kesabaran mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa memberikan semangat bagi sang suami.
Bahkan jiwa besar dan perjuangannya ditunjukkan oleh ustadzah ketika Ust. Hasan membutuhkan dana untuk pondok maka ustadzah dengan senang hati menjual seluruh barang-barang berharga dan semua perhiasan yang dimilikinya bahkan yang mengandung kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Pada tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H beliau berpulang ke rahmatullah, kemudianestafet kepemimpinan dilanjutkan oleh putra beliau Al Ustadz Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.
Pada tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I dan II ibtida’iyah.
Langganan:
Postingan (Atom)